Soal Rencana Impor 1,3 Juta Sapi, Asosiasi Peternak: Tak Mudah dan Butuh Persiapan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) buka suara terkait 40 perusahaan yang bakal mengimpor 1,3 juta ekor sapi perah untuk mendukung program makan bergizi gratis. 

Sekretaris Jenderal PPSKI, Rochadi Tawaf menjelaskan, saat ini jumlah populasi sapi perah nasional sekitar 500.000 ekor dan produksinya hanya 0,9 juta liter per tahun. Padahal Kebutuhan susu nasional sekitar 4 juta liter per tahun. 

Adapun 90% sapi perah dikelola oleh peternak rakyat dan 10% dikelola industri besar.


"Ini baru mampu memasok sekitar 18% dari kebutuhan nasional. Sisanya impor dalam bentuk susu bubuk," ucap Rochadi kepada Kontan, Kamis (12/9).

Rochadi mengingatkan, persiapan matang harus disiapkan sebelum merealisasikan impor sapi perah. Antara lain, kebijakan, pengelola, lokasi peternakan, pakan, sumber daya manusia (SDM) pengelola, dan teknologinya.

Pemerintah juga mesti menjelaskan berasal dari mana saja impor sapi perah dan persiapan analisis penyakit ketika sapi sudah masuk ke Indonesia.

"Itu tidak segampang tulisan di atas kertas," ujar Rochadi.

Baca Juga: Program Makan Bergizi Gratis Berpotensi Naikkan Impor Pangan

Selain itu, juga mesti mengecek kesiapan perusahaan yang mengimpor sapi perah. Apakah perusahaan itu berpengalaman atau tidak, tata kelola pengelolaan sapi perah dan hal terkait lainnya.

"Kita 90% peternakan rakyat ini tradisional, bagaimana yang tradisional ini mau ditinggalin atau dibersamakan," terang Rochadi.

Rochadi menyatakan, pengelolaan sapi perah berbeda dengan sapi potong. Karena membutuhkan teknologi yang mumpuni agar dapat berproduksi secara optimal. 

Rochadi juga mengungkap masih sulitnya menemukan pakan berkualitas untuk sapi perah. Ia mencontohkan, industri besar di Jawa Barat sampai harus mencari pakan di Jawa Tengah karena tidak ada perusahaan yang mengelola pakan sapi perah secara spesifik.

"Jadi maksud saya harus dipersiapkan dengan matang, jangan sampai munculnya kerugian," jelas Rochadi.

Sebelumnya, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengatakan, Indonesia masih kekurangan pasokan susu dan daging. Di satu sisi, pemerintah ingin agar pasokan susu untuk program makan bergizi gratis tidak berasal dari impor.

Sebab itu, pemerintah membuka partisipasi swasta untuk mengimpor sapi perah hidup karena jumlah populasinya yang masih kurang secara nasional.

Sudaryono mengaku sudah ada komitmen dari sekitar 40 badan usaha yang akan mendatangkan sapi perah.

"Maka kita buka ruang InsyaAllah kita komitmen dari perusahaan, koperasi, perorangan, masyarakat, ada sekitar 36 sampai 40 badan hukum, baik koperasi maupun perusahaan yang akan komitmen datangkan total 1,3 juta ekor sapi hidup," ujar Sudaryono di Kompleks Istana Kepresidenan, Rabu (11/9).

Sambil menunggu hal itu, Sudaryono menjelaskan, pasokan protein dalam program makan bergizi gratis bisa disubsitusi dari telur, ikan, dan ayam. Jadi subsitusi bukan mengarah pada impor susu bubuk atau lainnya. 

"Kita lebih ke momen makan bergizi gratis ini pemerintah bisa trigger kemandirian pangan, bukan hanya beras, tapi juga kemandirian telur, ayam yang sudah kita dapatkan, (kemandirian) daging dan susu yang memang kita harus raih," jelas Sudaryono.

Baca Juga: Demi Program Makan Bergizi Gratis, 40 Perusahaan Siap Impor 1,3 Juta Ekor Sapi

Soal Rencana Impor 1,3 Juta Ekor Sapi, Asosiasi Peternak : Tak Segampang Tulisan di Atas Kertas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Sulistiowati