Soal Rencana Pembayaran Dividen, Begini Kata Presiden Direktur Ultrajaya



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Ultrajaya Milk Industry Tbk (ULTJ) mengatakan pihaknya akan lebih berhati-hati menerapkan kebijakan pemberian dividen tahun buku 2022.

Pada paparan publik yang berlangsung virtual, Presiden Direktur ULTJ Sabana Prawirawidjaja mengemukakan pembagian deviden akan tetap mempertimbangkan kebutuhan Perseroan untuk ekspansi.

"Kami akan selalu mematuhi ketentuan Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam pembagian dividen. Namun, pembagian dividen sendiri bakal tetap mempertimbangkan kebutuhan Ultrajaya untuk berkembang maupun ekspansi," ujarnya di Jakarta, Selasa (20/12).


Baca Juga: Ultrajaya Milk Industry (ULTJ) Jaga Kapasitas Produksi hingga 80%

Ia melanjutkan, nilai deviden juga akan selalu selaras dengan ketentuan Bursa dan OJK sebagaimana dalam prospektus.

Sebagai informasi, pada tahun 2021, ULTJ menebar dividen sebesar Rp25 per saham atau total Rp259,95 miliar. Dividend payout ratio (DPR) mencapai 22,73% atau lebih tinggi daripada DPR pada tahun buku 2019 sebesar 13,48% ketika ULTJ menyetor dividen sebesar Rp12 per saham.

"Kami juga mencari keseimbangan dengan investor yang mendukung kami. Persentase dividen memang tidak konsisten. Secara batas minimal konsisten dan maksimal sesuai keperluan perusahaan,” sambungnya.

Lebih lanjut, pada akhir 2021 Ultrajaya membukukan laba bersih sebesar Rp1,27 triliun atau meningkat dibandingkan dengan 2020 sebesar Rp1,09 triliun. Namun demikian, laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk selama periode sembilan bulan 2022 turun 8,31% secara year on year (YoY) menjadi Rp 834,68 miliar.

 
ULTJ Chart by TradingView

Sabana memperkirakan laba bersih sampai akhir 2022 tidak akan setinggi 2021 karena beban bahan baku produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan tahun lalu. Di sisi lain, kebijakan penyesuaian harga jual produk baru diterapkan ULTJ pada Desember 2022 sehingga dampaknya belum dirasakan secara signifikan tahun ini.

“Kenaikan harga jual baru kami terapkan di Desember dan mungkin berdampak ke pemulihan laba secara bertahap pada 2023,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .