Soal rupiah, pemerintah jaga defisit tak lewati 3%



JAKARTA. Pemerintah memberikan outlook terbaru soal rupiah yaitu berada di kisaran 11.500-12.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Melonjaknya nilai mata uang Garuda yang lebih tinggi dari bujet 2014 ini akan dicermati agar tidak membuat defisit anggaran membengkak melewati batas aman yaitu lewat 3% dari PDB. Sekedar catatan, dalam pagu Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014 rupiah dipatok di level 10.500. Defisit sendiri adalah 1,69% dari PDB atau sebesar Rp 175,4 triliun. Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati mengatakan pembengkakan asumsi rupiah ini akan berpengaruh pada subsidi bahan bakar minyak (BBM). Dan jelas akan menambah beban belanja yang tidak sedikit. Sayangnya, Anny masih enggan membeberkan berapa pertambahan beban subsidi akibat pelemahan rupiah ini. "Pokoknya kita harus berjaga-jaga agar defisit tidak boleh melampaui 3%," ujar Anny di Jakarta, Senin (24/2). Dalam pagu APBN 2014 sendiri, belanja subsidi BBM tercatat Rp 282,1 triliun. Asal tahu saja, di tahun 2013 lalu akibat pelemahan rupiah terjadi pembengkakan anggaran subsidi BBM Rp 10,1 triliun menjadi Rp 210 triliun. Sebelumnya di APBN-P 2013 alokasi anggaran subsidi BBM adalah Rp 199,9 triliun. Bukan hanya soal belanja subsidi yang akan membengkak. Di sisi lain, penerimaan negara terutama dari pajak akan merosot. Ini yang kemudian membuat khawatir bujet 2014 jebol. Penerimaan pajak yang merosot ini terkait pertumbuhan ekonomi yang kini diperkirakan berada di kisaran 5,8%-6%. Perkiraan tersebut berbeda dengan pagu APBN 2014 yang melihat pertumbuhan berada di 6% yang dapat menghasilkan penerimaan pajak dalam negeri sebesar Rp 1.110,19 triliun. "Kita akan cek lagi potensi penerimaan pajak sampai akhir 2014," tandas Anny. Adapun rencananya pemerintah akan mengajukan APBN-P 2014 setelah pemilu legislatif selesai di bulan April.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan