Soal S-Commerce Tiktok, Ini yang Akan Dilakukan Kemenkominfo



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena cross border di TikTok Shop Indonesia melalui project S-Commerce Tiktok Shop dinilai bakal mangancam Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dalam negeri. 

Pasalnya mayoritas barang yang dijual dalam di Tiktok Shop ini berasal dari negara penciptanya sendiri yaitu China dan dijual dengan harga yang terbilang murah. 

Merespon hal ini Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi mengatakan pihaknya akan berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mengatur S-Comemrce Tiktok Shop. 


Baca Juga: Tiktok Berencana Investasi Besar di Indonesia, DPR Soroti Project S

"Kita akan berkoordinasi juga dengan kementerian perdagangan dan sebagainya, karena urusan barang ekspor impor barang ini kan urusan kementerian perdagangan," kata Budi dalam konferensi pers di Kementerian Kominfo, Kamis (20/7). 

Namun begitu ia menilai bahwa fenomena S-Commerce di Indonesia ini memang masih tergolong baru. Untuk itu, saat ini, pihaknya juga tidak akan melarang keberadaan S-Commerce sebab perkembangan ini juga diyakiniya dapat menumbuhkan daya kreativitas masyarakat. 

"Kita lagi mengkaji fenomena perkembangan baru ini, tapi prinsipnya perlindungan terhadap konsumen dan juga menumbuhkan daya kreativitas masyarakat juga enggak boleh mati," terang Budi. 

Sebelumnya, Fenomena Project S-Commerce Tiktok itu sendiri pernah diungkapkan oleh Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menkop UKM) Teten Masduki yang menyebut terdapat bisnis lintas batas atau cross border di TikTok Shop Indonesia melalui Project S TikTok Shop seperti yang pertama kali mencuat di Inggris. 

Baca Juga: Cara Download Video TikTok Gratis Tanpa Watermark dan Aplikasi

Menteri Teten menuturkan bahwa pemerintah melihat fenomena Project S TikTok Shop di Inggris akan merugikan pelaku UMKM jika masuk ke Indonesia.

Project S TikTok Shop dicurigai menjadi cara perusahaan untuk mengoleksi data produk yang laris manis di suatu negara, untuk kemudian diproduksi di China. 

"Di Inggris itu 67 persen algoritma TikTok bisa mengubah behavior konsumen di sana dari yang tidak mau belanja jadi belanja. Bisa mengarahkan produk yang mereka bawa dari China. Mereka juga bisa sangat murah sekali," ujar Teten Masduki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .