JAKARTA. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi optimistis, perekonomian Indonesia bisa naik di atas level 7%. Hal itu dapat tercapai jika pemerintah berani menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. “Waktu Orde Baru, perekonomian kita bisa tumbuh 7-8% selama 20 tahun. Sekarang kita tumbuh 6%, saya pikir tidak apa-apa karena kita harus membayar harga demokrasi,” kata Sofyan di hadapan Wakil Presiden Boediono pada Munas IX Apindo di JS Luwansa Hotel, Rabu (10/4).Sofjan menuturkan bahwa masalah subsidi BBM begitu membebani perekonomian Indonesia dari berbagai sudut. Di antaranya mengganggu bujet untuk infrastruktur, mengganggu cadangan devisa dan kurs, serta menimbulkan defisit anggaran yang terlalu besar. Dia juga menegaskan, meski kaum pengusaha tidak suka kenaikan BBM, tapi pengusaha harus mendukung kebijakan pemerintah apakah melakukan kenaikan harga atau pembatasan."Tapi terserah pemerintah apa yang terbaik. Asal secepatnya diputuskan, kalau bisa besok, karena suasana spekulasi ini membuat gunjang-ganjing rupiah kita,” imbuhnya.Terkait permintaan tersebut, Wakil Presiden Boediono mengaku belum bisa memberikan jawaban atas kebijakan pemerintah tentang BBM bersubsidi. Namun Boediono bilang, dalam waktu dekat pemerintah akan segera memutuskan kebijakan BBM bersubsidi dan mengumumkannya kepada publik.
Sofjan: Jika BBM naik, ekonomi bisa tumbuh 7%
JAKARTA. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi optimistis, perekonomian Indonesia bisa naik di atas level 7%. Hal itu dapat tercapai jika pemerintah berani menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. “Waktu Orde Baru, perekonomian kita bisa tumbuh 7-8% selama 20 tahun. Sekarang kita tumbuh 6%, saya pikir tidak apa-apa karena kita harus membayar harga demokrasi,” kata Sofyan di hadapan Wakil Presiden Boediono pada Munas IX Apindo di JS Luwansa Hotel, Rabu (10/4).Sofjan menuturkan bahwa masalah subsidi BBM begitu membebani perekonomian Indonesia dari berbagai sudut. Di antaranya mengganggu bujet untuk infrastruktur, mengganggu cadangan devisa dan kurs, serta menimbulkan defisit anggaran yang terlalu besar. Dia juga menegaskan, meski kaum pengusaha tidak suka kenaikan BBM, tapi pengusaha harus mendukung kebijakan pemerintah apakah melakukan kenaikan harga atau pembatasan."Tapi terserah pemerintah apa yang terbaik. Asal secepatnya diputuskan, kalau bisa besok, karena suasana spekulasi ini membuat gunjang-ganjing rupiah kita,” imbuhnya.Terkait permintaan tersebut, Wakil Presiden Boediono mengaku belum bisa memberikan jawaban atas kebijakan pemerintah tentang BBM bersubsidi. Namun Boediono bilang, dalam waktu dekat pemerintah akan segera memutuskan kebijakan BBM bersubsidi dan mengumumkannya kepada publik.