SoftBank berencana terbitkan obligasi senilai Rp 13 triliun



KONTAN.CO.ID - TOKYO. SoftBank Group Corp berencana menerbitkan obligasi sekitar US$ 973 juta atau setara Rp 13,05 triliun. Ini bakal jadi penjualan obligasi pertama yang dilakukan perusahaan konglomerasi Jepang ini lebih dari setahun terakhir. 

Pemimpin penjamin emisi dari aksi korporasi itu, Nomura Holding Inc mengatakan, kesepakatan terkait harga obligasi tersebut akan ditetapkan bulan ini. Adapun obligasi yang akan dijual merupakan jenis obligasi hibrida.

SoftBank mengikuti desakan para penerbit global untuk memanfaatkan pasar kredit di saat biaya pinjaman tengah rendah. Peminjam dari Asia Pasifik mengawali tahun 2021 dengan membanjiri pasar dengan penjualan obligasi. Hanya dalam dua hari pertama hari kerja tahun ini, penerbitan obligasi berbasis dollar dan euro sudah mencapai US$ 20 miliar. 


Baca Juga: Cegah gelombang baru corona, Provinsi Hebei di China masuki mode masa perang

Harga obligasi dan saham SoftBank Group mengalami rebound tajam tahun lalu setelah awalnya turun saat pasar goyah di awal Maret karena pandami Covid-19 dan adanya kekhawatiran pasar atas besarnya beban utang perusahaan ini. 

Penurunan itu direspon Masayoshi Son CEO SoftBank dengan rencana pelepasan aset senilai 4,5 triliun yen dan pembelian kembali saham (buyback) senilai 2,5 triliun yen. Meksipun SoftBank memiliki peringkat A untuk rating investasinya secara lokal dari Japan Credit Rating Agency, namun grup ini memiliki peringkat sampah dari Moody's Investors Service dan S&P Global Ratings.

SoftBank dalam pernyataan resminya yang dikutip Bloomberg, Rabu (6/1), berencana menjual obligasi yen yang jatuh tempo dalam 35 tahun tetapi bisa dibatalkan setelah lima tahun. Hasil penjualan obligasi akan digunakan untuk pelunasan lebih awal atas obligasi hibrida yang akan jatuh tempo pada September mendatang.

Selama tiga bulan yang berakhir pada September 2002, SoftBank mencatatkan rekor keuntungan senilai 784,4 miliar yen dari  bisnis Vision Fund-nya. Ini karena investasi pada perusahaan rintisan terbayar setelah reli yang luas di saham teknologi. 

Selanjutnya: Trump larang 8 aplikasi transaksi asal China, termasuk milik Jack Ma

Editor: Tendi Mahadi