SoftBank suntikkan dana ke startup WeWork US$ 2 miliar



KONTAN.CO.ID - TOKYO. SoftBbank Group Corp berencana menyuntikkan dana kepada startup WeWork Cos Inc sebesar US$ 2 miliar. Dengan suntikan dana tersebut, maka total investasi dari startup yang penyedia layanan ruang kerjasama itu mencapai US$ 10 miliar.

Dikutip Reuters, Selasa (8/1), melalui pendanaan tersebut membuat WeWork menjadi perusahaan bernilai US$ 47 miliar, sebagaimana disebutkan salah satu sumber. Secara terpisah, SoftBank akan mengonversi warran yang telah dibeli menjadi ekuitas dengan nilai US$ 20 miliar.

Waran adalah hak yang diberikan kepada pemegang saham untuk membeli saham pada harga yang telah ditentukan oleh emiten yang menerbitkannya dalam jangka waktu tertentu.


Investasi baru SoftBak ini sekaligus mengempit kepemilikan saham minoritas di WeWork. Rencananya, investasi ini akan disampaikan ke publik pada Selasa depan, tapi perusahaan tidak akan memasukannya dalam bentuk SoftBank Vision Fund (SVF). Ini merupakan kendaraan investasi yang didirikan pada 2016 dengan berbagai investor internasional.

Seperti diketahui, Arab Saudi merupakan investor terbesar dari SVF, sekaligus pendukung utama untuk investasi awal SoftBank di WeWork dan pemegang saham di perusahaan teknologi lainnya, termasuk layanan Uber Technologies Inc.

Namun, investasi SoftBank di WeWork akan mengalami kerugian yang mencapai US$ 10,4 miliar karena terjadi penurunan di pasar saham secara global yang membuat nilai saham perusahaan teknologi juga anjlok.

Apalagi, perusahaan teknologi juga diterpa kekhawatiran akan adanya perlambatan ekonomi global serta gesekan perang dagang antara China-Amerika Serikat. Seperti nilai saham perusahaan pembuatan chip, Nvdia Ccorp yang jatuh 50%, atau penurunan tertinggi di bulan Oktober 2018.

Investasi WeWork datang setelah SoftBbank mengumpulkan dana sebesar US$ 23,5 miliar pada bulan lalu setelah mendaftarkan perusahaan telekomunikasi Telco. Ini merupakan IPO terbesar di Jepang. Sayangnya, saham Telco turun 15% pada awal perdagangan di bulan lalu.

Editor: Herlina Kartika Dewi