KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak belia, Sofwan Farisyi sudah mencicipi manisnya manfaat berinvestasi. Direktur Utama PT Radiant Utama Interinsco Tbk ini sudah berkenalan dengan deposito sejak masih mengenakan seragam putih biru. Kala itu, ayahnya memberikan sebuah rekening deposito dengan sejumlah dana. Bunga dari tabungan tersebut dimanfaatkan untuk membiayai kegiatannya sehari-hari. Semenjak itu Sofwan menyadari, pengelolaan dana yang baik dapat mendatangkan manfaat besar. "Setelah selesai kuliah dan mulai bekerja, saya mengembalikan uang itu kepada orang tua," kisah dia. Ketika kuliah, Sofwan sempat menjajal investasi komoditas berjangka (
future trading) dengan produk komoditas kedelai (
soybean). Dia sempat menuai untung dari investasi tersebut. Namun, lantaran risikonya dinilai terlalu besar, Sofwan memutuskan untuk keluar dari produk itu.
Saat badai krisis moneter menghantam pada 1998, Sofwan turut merasakan untung dari kenaikan bunga deposito. Tapi, dia juga punya pengalaman pahit saat berinvestasi. Tepatnya saat krisis ekonomi global terjadi pada 2008 silam. Nilai investasi reksadana miliknya amblas. Kala itu, Sofwan harus merelakan portofolio reksadana miliknya terpangkas hingga 40%. Pengalaman itu mengajarkan dia untuk tidak menaruh seluruh investasi di satu keranjang saja. Selain itu, dia makin hati-hati dan lebih mengukur risiko investasi. Pria kelahiran Muntok, Bangka Barat, ini mengkategorikan dirinya sebagai investor agresif terukur. Saat ini, portofolio investasinya banyak didominasi investasi
high risk sekitar 50%. Sedangkan investasi
medium risk sekitar 30%, dan 20% sisanya merupakan produk investasi
low risk. Pendapatan pasif Selain membiakkan duit di produk pasar modal, Sofwan juga menyisihkan dana lebih untuk berinvestasi di properti. Saat ini, dia memiliki portofolio properti sekitar 30%, deposito 20%, dan portofolio efek 50%. Dia mengaku, dari beberapa produk tersebut, properti adalah instrumen investasi yang paling menguntungkan. Apalagi jika bisa mendapatkan unit yang strategis. Sofwan pertama kali masuk investasi properti pada 2001. Saat ini, dia memiliki tiga hingga empat rumah di daerah Bangka, Jakarta Selatan, untuk disewakan kembali. Kawasan yang dikenal dengan nama Kemang ini terbilang sebagai kawasan strategis dan elite. Banyak ekspatriat yang memilih tinggal di kawasan tersebut. Tak heran jika penyewa rumah di Kemang banyak berasal dari warga negara asing. Sofwan menuturkan, penghasilan pasif dari bisnis sewa rumah di kawasan tersebut bisa mencapai US$ 10.000-US$ 11.000 per bulan. Sofwan memang sengaja memilih kawasan dengan biaya sewa properti tinggi. Ini jadi strategi investasi pria kelahiran 1969 ini. Asal tahu saja, saat membeli rumah di Kemang, ia hanya menggelontorkan dana sekitar 30%-40% untuk membayar uang muka. "Kemudian sisanya, saya cicil dari uang sewa rumah itu sendiri. Ibaratnya, rumah itu membiayai dirinya sendiri," kata Sofwan.
Selain menuai pendapatan pasif dari penyewaan rumah, Sofwan juga bakal menuai untung dari nilai rumah yang makin berkembang. Inspirasi untuk bisa mendapatkan
passive income itu dia dapatkan dari Robert T Kiyosaki, seorang pebisnis dan penulis asal Amerika Serikat. Teorinya mengenai empat kuadran memberi Sofwan inspirasi sebagai investor
passive income. Menurut dia, agar sukses dalam berinvestasi, harus disiplin menyisihkan pendapatan dan memiliki prioritas. Sofwan juga mulai mengajarkan pentingnya investasi kepada keluarga. Putranya yang berumur 9 tahun pun diajarkan untuk berniaga sebelum mendapatkan sesuatu. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati