KONTAN.CO.ID - SOLO. Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 menyebut Solo berstatus zona hitam. Alasannya, terjadi lonjakan signifikan kasus Covid-19 di Kota Solo pada Minggu (12/7/2020). Gugus tugas memiliki alasan khusus perihal penyebutan tersebut. Lonjakan pada hari itu memang tidak wajar, sementara pemerintah kota menilai masih banyak masyarakat yang menyepelekan ancaman virus Covid-19. Melonjak dari klaster tenaga kesehatan
Sebelumnya, pasien yang dirawat karena Covid-19 di Solo berjumlah 4 orang, namun angka tersebut melonjak lebih dari lima kali lipat, menjadi 22 orang yang harus dirawat. Tambahan 18 orang itu, 15 di antaranya berasal dari klaster tenaga kesehatan (nakes) RSUD dr Moewardi yang merupakan mahasiswa Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Paru Universitas Sebelas Maret (UNS). Kemudian tiga orang lainnya adalah warga non-nakes. "Solo tidak pernah mencatat sebanyak ini. Ini Solo sudah zona hitam," kata Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani, seperti dikutip dari TribunSolo.com, Minggu (12/7/2020). Anggota DPRD Meninggal Dari tiga orang warga non-nakes tersebut, satu di antaranya adalah anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah dari Partai Golkar, Syamsul Bahri. Baru ditetapkan positif, malam harinya Syamsul dinyatakan meninggal dunia. "Tadi malam meninggalnya. Iya, karena terkena Covid-19," kata Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Solo, Bandung Joko Suryono, saat dihubungi Kompas.com, Senin (13/7/2020). Syamsul merupakan warga Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo. Dia sehari-hari beraktivitas di Semarang. Dalam beberapa waktu terakhir, Syamul juga diketahui melakukan perjalanan ke Kediri. Alun-alun Kidul ditutup Pemkot Solo dengan tegas menutup tempat yang terkait dengan pasien Covid-19 serta lokasi kerumunan. Dengan tegas, pemerintah daerah langsung menutup Alun-alun Kidul Keraton Kasunanan Surakarta hingga batas waktu yang belum ditentukan. Dilansir dari TribunSolo.com, penyebabnya ialah banyak pengunjung maupun penjual makanan yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Satpol PP menemukan bahwa pedagang tidak membersihkan alat makan sesuai protokol kesehatan. "Tidak dicuci dengan air mengalir, alat-alat makan ada potensi droplet di situ dan mencuci tidak pakai air mengalir," kata Kepala Satpol PP Arif Darmawan. Satpol PP juga melihat masyarakat justru sering berkerumun di sana dan tidak mengenal usia. "Protap tidak dilaksanakan, banyak yang berkerumun, tidak pakai masker, uyel-uyelan, tidak jaga jarak," ungkapnya. "Tadi malam mendapati anak usia 3 bulan diajak jajan," tambahnya. Pedagang meninggal, pasar ditutup Selain itu, terdapat kasus pedagang Pasar Harjodaksino Solo meninggal karena positif Covid-19 hingga menyebabkan penutupan pasar. Pedagang tersebut berdomisili di Sukoharjo, sehingga tidak masuk dalam data Pemkot Solo. "Pasar Harjodaksino mulai besok (Selasa) pagi kita tutup. Ada satu pedagang meninggal positif Covid-19. Pedagang orang Sukoharjo," kata Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo di Solo, Jawa Tengah, Senin. Penutupan dilakukan selama tujuh hari ke depan. Selama itu, pemkot akan melakukan tracing dan penyemprotan disinfektan. Zona hitam tidak berlebihan Rudy, sapaan wali kota, mengakui bahwa secara epidemiologis kondisi di Solo belum bisa dinyatakan zona hitam. "Secara indikator Solo belum masuk zona hitam. Zona hitam itu kalau di Solo yang positif itu sudah 60% dari total jumlah penduduk," ungkap dia. Meski demikian, penyebutan zona hitam menurutnya juga tidak berlebihan. Sebab masyarakat agar semakin waspada dengan virus SARS-CoV-2 yang semakin meluas. "Kalau berlebihan sih tidak iya. Tadi saya sampaikan, biasanya tambahannya satu, dua kasus. Lha ini langsung 18 kasus positif," tutur dia.
Sumber: Kompas.com (Penulis : Kontributor Solo, Labib Zamani | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief, Dony Aprian), TribunSolo.com Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "
Sederet Fakta Lengkap Solo Zona Hitam Corona..." Editor : Pythag Kurniati Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie