Solusi Bangun Indonesia (SMCB) Proyeksikan Volume Penjualan Tumbuh 4% Tahun Ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) memproyeksikan pertumbuhan volume penjualan berada di rentang 2% sampai 4% tahun ini. Sebagai perbandingan, SMCB membukukan volume penjualan semen dan terak sebanyak  13,14 juta ton sepanjang 2022. Realisasi ini menurun 2,32% dari penjualan di tahun 2021 yang sebesar 13,45 juta ton.

Direktur Utama SMCB Lilik Unggul Raharjo tidak menampik, pasar semen domestik masih dihantui masalah kelebihan pasokan alias oversupply, meski pihaknya optimistis penjualan akan tumbuh hingga 4%.

Per tahun lalu, dari 119 juta ton kapasitas pabrik yang terpasang seluruh Indonesia, hanya 63 juta ton atau setara 52% yang terserap. Untungnya, serapan utilisasi SMCB berada di atas utilisasi domestik, yakni 70%.  


Selain masalah oversupply, Lilik menyebut permintaan semen domestik juga masih minim, dimana  per kuartal pertama 2023 persentase pertumbuhan penjualan semen nasional masih minus. SMCB sendiri mengalami penurunan dari sisi volume penjualan semen dan terak.

Baca Juga: Tok! Solusi Bangun Indonesia (SMCB) Menebar Dividen Rp 251,78 Miliar

Kondisi tersebut didorong oleh tingginya inflasi yang turut mengakibatkan kenaikan harga komoditas, yang berkontribusi pada penurunan permintaan pasar semen domestik hingga terkontraksi -6,5% jika dibandingkan kuartal pertama tahun 2022.

Nah, guna memaksimalkan kinerja dan mencapai target penjualan tersebut, Lilik menjabarkan sejumlah strategi yang bakal dilakukan SMCB.

Pertama, bersinergi dengan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) selaku induk usaha dalam hal distribusi produk dan rantai pasokan, sehingga dapat menekan cost. Kedua, meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.  Sejauh ini, SMCB sudah menggunakan sekam padi dan hingga sampah kota sebagai sumber bahan bakar alternatif.

“Saat ini untuk mendapatkan 100% penggunaan alternative fuel butuh waktu. Namun sekarang ada pabrik di SMCB yang menggunakan energi alternatif tertinggi di kisaran 21%-22%,” kata Lilik dalam paparan publik yang digelar Jumat (12/5).

Baca Juga: Kuartal I 2023, Pendapatan Solusi Bangun (SMCB) Naik Tipis di Tengah Pasar yang Lesu

Ketiga, meningkatkan operational excellence hingga meluncurkan produk dengan nilai tambah (added value) yang memiliki keunggulan kompetitif seperti beton speed grade ramah lingkungan hingga minimix.

Keempat, produsen semen merk Dynamix ini juga memaksimalkan pasar ekspor. Peluang terbukanya pasar ekspor SMCB berkat kerja sama dengan Taiheiyo Cement Corporation (TCC). SMCB akan melakukan ekspor ke Amerika Serikat (AS) dan negara-negara yang seperti Australia dan Filipina.

“Kami tidak hanya menjual ke domestik tapi juga ke pasar ekspor. Misal volume penjualan naik sampai 4% pun tetap oversupply," sambung Lilik.

Demi memuluskan rencana ekspor, SMCB saat ini sedang merampungkan pembangunan pelabuhan jetty yang nantinya digunakan untuk mengirim semen. Pelabuhan yang berlokasi di Kabupaten Tuban Jawa Timur ini diharapkan bisa selesai awal 2024. Nantinya, semen yang dilempar ke pasar ekspor sekitar 500.000 ton hingga 1 juta ton per tahun.

Baca Juga: Pabrik SBI Narogong Jadi Tujuan Studi Banding Pertambangan Berkelanjutan

Per kuartal pertama 2023, SMCB mencatatkan volume penjualan sebesar 3.14 juta ton atau lebih rendah 8% ketimbang realisasi penjualan pada kuartal pertama 2022 yang mencapai 3.38 juta ton.

Dari sisi kinerja keuangan, SMCB tercatat membukukan pendapatan sebesar Rp 2,92 triliun, tumbuh tipis dari Rp 2,90 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Namun, SMCB mengalami penurunan laba periode berjalan sebesar 16% menjadi Rp 149 miliar selama periode tiga bulan pertama tahun ini. Penurunan laba disebabkan oleh peningkatan beban pokok pendapatan akibat tingginya biaya energi khususnya batubara, dan naiknya harga bahan bakar minyak (BBM) untuk proses distribusi.

Di sisi lain, tingginya biaya energi dan tantangan penurunan emisi karbon justru dapat menjadi peluang industri semen untuk mengarahkan pembangunan lebih berkelanjutan. Terlebih dengan adanya dukungan pemerintah untuk optimalisasi penggunaan bahan bangunan ramah lingkungan akan membantu terjadinya perubahan cara membangun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati