Soros: Dalam krisis utang ini, mekanisme keluar dari Euro mungkin terelakkan



VIENNA. Miliuner dan investor kawakan George Soros berpendapat mekanisme keluar dari Euro mungkin tidak akan dilakukan oleh negara-negara anggota Uni Eropa (UE). Dalam sebuah diskusi panel di Vienna, kemarin (27/6) Soros mengatakan, tidak ada pengaturan bagi setiap negara untuk meninggalkan Euro jika terjadi suatu kondisi yang saat ini mungkin tak terelakkan. "Kita berada di ambang keruntuhan ekonomi. Di mulai dari Yunani, dan akan sangat mudah menyebar ke negara-negara lain," ujar pria berumur 80 tahun ini. Langkah anggota parlemen Yunani akan gagal meloloskan langkah penghematan untuk membayar angsuran berikutnya dari bailout yang dikucurkan, mendorong Euro melemah ke level terendahnya terhadap Swiss Franc pada minggu lalu. Nilai tukar euro hari ini menguat tipis terhadap dollar AS di level US$ 1,4191 pada pukul 10:14 di London, memotong rantai pelemahan yang sebelumnya terjadi hingga 0,6% ke level US$ 1,4103. Ia berpendapat, para pemimpin Eropa harus mempersiapkan rencana cadangan untuk mencari solusi krisis utang Yunani. Seperti misalnya, mencoba memperluas penerapan pajak, sebuah sistem perbankan yang dijamin oleh lembaga Eropa bukan dari sistem perbankan nasional atau pajak transaksi keuangan. "Saat ini saya melihat tidak ada rencana B yang dibuat. Para pemegang kebijakan hanya berkutat pada statusi quo dan tidak menyadari bahwa ada sistem fundamental yang harus diperbaiki," ujarnya. Sekadar informasi, mata uang Euro dibuat pada 1999 dengan 11 anggota negara yakni Jerman, Prancis, Italia, Belgia, Belanda, Luxemburg, Finlandia, Austria, Portugal, Spanyol dan Irlandia. Yunani merupakan anggota ke 12 yang bergabung pada 2001, dan Estonia menjadi anggota termuda yang masuk wilayah Euro pada Januari 2011.


Editor: Rizki Caturini