Sosok kontroversial yang mengedepankan prinsip kerahasiaan data (2)



Sosok Pavel Durov dekat dengan kontroversi. Sebagai warga negara Rusia, perjalanan bisnisnya tidak terlepas dari campur tangan yang dilakukan pemerintah. Padahal dalam mengelola situs bisnisnya, Durov memegang prinsip menjaga kerahasiaan data dari kepentingan pihak manapun. Ini membuat bisnisnya kala itu yang bernama VKontakte kerap dirundung tekanan. Ia lantas memilih keluar dari Rusia agar bisa bergerak bebas dan membangun Instagram.

Kehidupan penemu sekaligus pemilik salah satu platform berbagi pesan ternama, Pavel Durov memang lekat dengan kontroversial. Perjalanan hidupnya setelah meraih kesuksesan rupanya tidak berjalan semulus yang ia bayangkan.

Pada tahun 2011, pemilik platform berbagi pesan Telegram ini sempat cekcok dengan pihak kepolisian setelah Pemerintah Rusia memintanya untuk menghapus laman jejaring sosial kelompok oposisi di situs miliknya yang kala itu bernama VKontakte.


Pemerintah Rusia juga selalu menekan Pavel untuk memberi data lawan politiknya. Data lain yang jadi incaran adalah data demonstran serta pengunjuk rasa Ukraina.

Idealisme Pavel Durov akan kebebasan berekspresi sangat kuat. Ia pernah menolak secara mentah-mentah perintah dari Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menutup laman milik Alexei Navalny, orang yang menentang Pemerintah Rusia. Akibat penolakan itu, otoritas Rusia sempat mengintimidasi Pavel dengan mengirimkan tim intelejen bersenjata ke kediamannya dan mencoba mengkriminalisasi dirinya dengan menyebut bahwa ia telah menabrak seorang polisi.

Namun, hal itu terbantahkan secara langsung oleh Pavel lantaran ia tidak bisa menyetir. Puncaknya, Durov dipaksa menjual 12% saham VKontakte kepada Ivan Tavrin konglomerat media asal Rusia dan teman dekat Putin. Secara bertahap, saham perusahaan miliknya itu pun beralih ke tangan Ivan lewat pembelian 52% saham.

Editor: Tri Adi