KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks utama Wall Street ditutup bervariasi pada akhir perdagangan Rabu (1/3). Indeks S&P 500 dan Nasdaq melemah karena imbal hasil US treasury melonjak, setelah data manufaktur mengindikasikan inflasi kemungkinan masih akan tetap tinggi. Sementara itu, komentar dari pejabat The Fed mendukung setiap kebijakan hawkish. Mengutip Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average naik 5,14 poin, atau 0,02% ke level 32.661,84, S&P 500 turun 18,76 poin, atau 0,47% ke level 3.951,39 dan Nasdaq Composite turun 76,06 poin, atau 0,66% ke level 11.379,48.
Volume perdagangan saham di bursa AS mencapai 11 miliar saham, dengan rata-rata 11,39 miliar dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Baca Juga: Wall Street: S&P 500 Tergelincir Mengawali Maret karena Imbal Hasil US Treasury Sektor energi dan material termasuk di antara sedikit sektor yang naik di sesi ini karena harga komoditas naik setelah data menunjukkan aktivitas manufaktur China berkembang pada laju tercepat dalam lebih dari satu dekade karena negara tersebut terus meninggalkan pembatasan Covid-19. Indeks Dow Jones bertahan naik tipis nyaris stagnan karena saham Caterpillar naik 3,81% setelah pembuat peralatan konstruksi itu mengatakan telah mencapai kesepakatan tentatif dengan serikat pekerja yang mewakili pekerja di empat fasilitasnya. Imbal hasil Treasury AS bertenor 10 tahun mencapai 4% untuk pertama kalinya sejak November, mencapai tertinggi 4,01%, setelah survei Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan manufaktur AS mengalami kontraksi pada bulan Februari dan harga bahan baku meningkat bulan lalu. Setelah data dirilis, imbal hasil Treasury AS bertenor dua tahun, yang biasanya bergerak sejalan dengan ekspektasi suku bunga, naik lagi setelah mencapai 4,904%, level tertinggi sejak 2007. Terakhir naik 8,4 basis poin menjadi 4,881%. "Anda bisa melihat pasar sedikit memburuk, imbal hasil mulai naik setelah laporan manufaktur ISM Februari itu. Harga komponen yang dibayar, yang benar-benar melonjak, mematahkan penurunan harga beruntun selama empat bulan," kata Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar di Ameriprise Financial di Troy, Michigan. "Itu hanyalah bukti lain yang telah kami lihat selama beberapa minggu terakhir bahwa inflasi tetap lebih tinggi daripada yang dipikirkan kebanyakan orang di bulan Januari," katanya. Ia menambahkan kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunga lebih tinggi. Saglimbene juga bilang, pasar obligasi baru-baru ini menunjukkan ada kemungkinan lebih besar Fed dapat menaikkan tingkat suku bunga acuan mendekati 6%. Memicu kekhawatiran lebih lanjut tentang agresivitas bank sentral, Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari, seorang pemilih di komite penetapan suku bunga pada tahun 2023, mengatakan dia berpikiran terbuka pada kenaikan suku bunga 25 basis poin atau 50 basis poin pada bulan Maret. Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan dalam sebuah esai bahwa sementara Fed fund rate antara 5% hingga 5,25% akan memadai, kebijakan tersebut harus tetap ketat sampai tahun 2024, hingga inflasi benar-benar mereda.
Baca Juga: Wall Street Dibuka Turun Mengawali Maret, Terseret Imbal Hasil US Treasury Setelah bulan Januari yang kuat, tolok ukur utama AS tersandung pada bulan Februari karena ekspektasi yang meningkat bahwa Fed akan menaikkan suku bunga lebih dari perkiraan semula karena segmen ekonomi seperti pasar tenaga kerja tetap ketat, sementara inflasi tidak surut secepat yang diantisipasi.
Data penggajian bulanan AS dan harga konsumen dalam beberapa hari mendatang akan lebih membantu investor mengukur jalur suku bunga menjelang pertemuan 21-22 Maret, ketika Fed sebagian besar terlihat menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin. Saham Tesla Inc tergelincir 1,43% menjelang investor day digelar. Pembuat mobil listrik sedang mempersiapkan perombakan produksi Model Y terlarisnya, Reuters melaporkan, mengutip orang-orang yang mengetahui rencana tersebut. Saham Novavax Inc anjlok 25,92% setelah pembuat vaksin Covid-19 itu meragukan kemampuannya untuk tetap berbisnis dan mengumumkan rencana untuk memangkas pengeluaran saat bersiap untuk kampanye vaksinasi musim gugur. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi