Wall Street Melemah Karena Investor Menahan Diri Menjelang Data Ekonomi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wall Street melemah pada hari Senin setelah hari perdagangan yang berombak. Investor mengambil jeda menjelang data ekonomi dan kesaksian Kongres Ketua Federal Reserve Jerome Powell.

Senin (4/2), Dow Jones Industrial Average turun 97,55 poin, atau 0,25%, menjadi 38.989,83. Indeks S&P 500 kehilangan 6,13 poin, atau 0,12%, menjadi 5.130,95. Nasdaq Composite turun 67,43 poin, atau 0,41%, menjadi 16.207,51.

Apple ditutup turun 2,5% menyusul denda antimonopoli UE sebesar US$ 2 miliar. Apple mencegah Spotify dan layanan streaming musik lainnya memberi tahu pengguna tentang opsi pembayaran di luar App Store.


Reli saham-saham chip, termasuk Nvidia, membantu mendorong S&P 500 ke rekor intraday baru selama perdagangan awal pekan. Investor terus bertaruh pada permintaan produk yang mendukung kecerdasan buatan (AI) meskipun secara umum berhati-hati menjelang data ekonomi.

Namun S&P 500, setelah berubah sedikit positif di pengujung hari, mulai melemah lagi di jam-jam terakhir perdagangan. S&P 500 kembali jatuh ke zona merah dalam beberapa menit terakhir perdagangan.

Baca Juga: IHSG Diproyeksi Bergerak Sideways pada Selasa (5/3), Ini Rekomendasi Saham Pilihan

“Ini adalah salah satu hari di mana investor menunggu data ekonomi yang akan dirilis akhir pekan ini,” kata Burns McKinney, manajer portofolio, NFJ Investment Group kepada Reuters.

Investor sedang menunggu wawasan mengenai kesehatan perekonomian AS dari data bulanan utama seperti sektor jasa, yang akan dirilis pada hari Selasa, dan data non-farm payrolls yang akan dirilis pada hari Jumat, menurut Scott Wren, ahli strategi pasar global senior di Wells Fargo Investment Institute.

“Pasar masih mencoba untuk mencerna prospek perekonomian, pendapatan, dan Federal Reserve,” kata Wren. Tetapi ia mencatat bahwa baik investor institusional maupun ritel memiliki ketakutan akan kehilangan keuntungan karena mereka melihat saham-saham mencapai telah rekor baru.

“Ada dana institusional yang tidak bisa dibukukan dan menyaksikan S&P 500 naik lebih tinggi setiap hari dan investor ritel mulai takut ketinggalan,” kata Wren.

Baca Juga: IHSG Turun 0,48% ke 7.276, Senin (4/3), Saham GOTO, MBMA dan PTMP Top Losers di LQ45

Indeks jasa komunikasi S&P 500 merupakan sektor yang paling lemah, berakhir turun 1,5%. Sementara sektor utilitas yang defensif bertambah 1,6%, merupakan kenaikan terbesar perdagangan semalam.

Nasdaq mengawali bulan Maret dengan mencapai rekor tertinggi intraday pada hari Jumat. Nasdaq juga ditutup pada level tertinggi selama dua hari berturut-turut, karena reli teknologi yang didorong oleh kecerdasan buatan terus mencuri perhatian di Wall Street.

S&P 500 juga mengalami kenaikan beruntun baru-baru ini, melonjak lebih dari 21% dengan kenaikan empat bulan berturut-turut hingga Februari. BofA Global Research menaikkan target akhir tahun untuk indeks acuan menjadi 5.400, dari 5.000. Angka target ini mewakili kenaikan 5% dari level saat ini.

Bersamaan dengan data ekonomi, investor juga menunggu komentar dari Ketua Fed Powell, yang akan memberikan kesaksian di hadapan anggota parlemen pada hari Rabu dan Kamis.

Harga saham pembuat server AI Super Micro Computer berakhir naik 18,6% dan pembuat sepatu Deckers Outdoor naik 2,6% menjelang dimasukkannya mereka dalam indeks S&P 500.

Harga saham Macy's melonjak 13,5% setelah perusahaan investasi yang berfokus pada real estat Arkhouse Management dan Brigade Capital Management menaikkan tawaran mereka untuk jaringan department store tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati