S&P naikkan peringkat utang, Indonesia bisa jadi safe haven manager investasi global



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang jangka panjang Indonesia menjadi 'BBB' dari 'BBB-' dengan outlook stabil. S&P juga mengerek peringkat utang jangka pendek Indonesia menjadi 'A-2' dari 'A-3'. Ini berarti, peringkat Indonesia tetap pada level layak investasi alias investment grade.

Kepala Ekonom PT Bahana Sekuritas Putera Satria Sambijantoro mengatakan, peningkatan peringkat dari S&P ini menunjukkan bahwa daya saing bisnis Indonesia dan pengembangan infrastruktur dapat membuat lebih banyak kemajuan.

Di samping itu, kenaikan peringkat yang diumumkan di tengah meningkatnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China juga menunjukkan proyeksi S&P terhadap Indonesia.


“S&P mengharapkan Indonesia sangat tangguh terhadap ancaman eksternal, seperti pertumbuhan global yang lamban dan meningkatnya proteksionisme di seluruh dunia,” kata Satria dalam keterangan tertulisnya, Jumat (31/5).

Menurut Satria, dengan peningkatan peringkat ini, Indonesia menjadi lebih menarik dan dapat berubah menjadi "safe haven" bagi para manajer investasi global yang ingin berinvestasi di pasar negara berkembang. Dampaknya, dalam waktu dekat, ekuitas rupiah dan aset pendapatan tetap akan terkena lonjakan pemintaan.

Selain itu, untuk jangka pendek, ia memprediksi peningkatan peringkat S&P akan membuat perusahaan lokal meningkatkan modalnya. Selanjutnya, kenaikan modal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kemudian, hal ini akan mengundang lebih banyak aliran modal dan memperkuat posisi keseimbangan eksternal Indonesia.

Sementara itu, dalam jangka panjang, Satria melihat peningkatan peringkat S&P dapat menelurkan siklus masuknya investasi yang berkelanjutan ke Indonesia. Hal tersebut terlihat dari pernyataan S&P yang menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kuat di tahun-tahun mendatang.

"Melihat kebijakan Indonesia yang stabil dan pengaturan fiskal yang hati-hati, kami percaya profil kredit secara keseluruhan ditingkatkan," sebut S&P dalam keterangan tertulis, Jumat (31/5).

Sebagaimana diketahui, selama beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya terjebak di kisaran 5% ke atas. Menurut Satria, pendorong pertumbuhan ekonomi dari tahun 2019 dan seterusnya masih berasal dari penyelesaian dan peningkatan signifikan proyek infrastruktur yang telah menjadi ciri khas masa jabatan pertama Presiden Joko Widodo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli