S&P tertekan karena kekhawatiran laporan keuangan, data ekonomi dan pemilu AS



KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Indeks S&P dan Dow Jones Industrial Average ditutup lebih rendah pada perdagangan Kamis (30/7. Penurunan itu terjadi setelah sejumlah data kinerja perusahaan di semester I 2020 memberikan gambaran ekonomi yang suram.

Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) kian memperburuk situasi dengan menyerukan kemungkinan menunda pemilihan presiden AS.

Mengutip Reuters, Indeks Dow Jones Industrial Average turun 225,92 poin, atau 0,85%, menjadi 26.313,65. Indeks S&P 500 kehilangan 12,22 poin, atau 0,38%, menjadi 3.246,22 dan Indeks Nasdaq Composite menambahkan 44,87 poin, atau 0,43% menjadi 10.587,81.


Baca Juga: Bursa Wall Street jatuh setelah ekonomi AS melemah di kuartal II

Dari 11 sektor utama di indeks S&P 500, sektor energi, material, keuangan dan teknologi yang paling tertekan.

Sementara indeks Nasdaq berhasil rebound karena ditopang saham Qualcomm Inc yang naik 15%, setelah pembuat chip tersebut memperkirakan pendapatan kuartal keempat sebagian besar di atas perkiraan.

Saham Facebook juga menguat 8% dan Amazon naik 6% setelah merilis laporan keuangan mereka yang positif. Sementara saham Alphabet naik 2%.

Kendati begitu, investor masih khawatir terkait pertumbuhan ekonomi ke depan karena data produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua menunjukkan ekonomi AS mengalami kontraksi paling tajam sejak depresi hebat. Sejumlah aktivitas bisnis berhenti karena lockdown untuk menghambat penyebaran virus corona.

Baca Juga: Mayoritas bursa Asia menguat, terdorong langkah The Fed yang pertahankan bunga rendah

Klaim pengangguran juga meningkat pekan lalu, menandakan momentum pertumbuhan ekonomi yang melambat dan meningkatnya kasus virus corona di sejumlah negara bagian AS.

Tidak lama setelah data PDB muncul, Trump juga mencetuskan gagasan penundaan pemilihan presiden AS. Gagasan itu langsung ditolak Partai Demokrat dan rekan-rekan Trump dari Partai Republik di Kongres, lembaga pemerintah yang memiliki kekuasaan untuk melakukan perubahan pemilu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli