TOKYO. Pergerakan dollar AS hanya berjarak 0,1% dari level paling lemah dalam sepekan terakhir versus euro. Pada pukul 09.12 waktu Tokyo, dollar AS diperdagangkan di posisi US$ 1,2572 per euro dari posisi penutupan kemarin di level US$ 1,2582. Pelemahan dollar AS pada hari ini terjadi setelah investor bertaruh bahwa pimpinan the Federal Reserve Ben S Bernanke akan memberikan sinyal untuk menggelontorkan stimulus yang dibutuhkan untuk mendogkrak pemulihan ekonomi AS. "Dollar AS bergerak melemah dengan adanya indikasi quantitative easing 3 oleh the Fed," jelas Mike Jones, currency strategist Bank of New Zealand Ltd. Sementara itu, jika berhadapan dengan yen, nilai tukar dollar AS menguat 0,2% menjadi 79,32 yen. Sedangkan posisi euro menguat 0,1% menjadi 99,73 yen. Pelemahan yen terjadi seiirng reli yang terjadi pada pasar saham Asia dan global. Kondisi itu menurunkan permintaan mata uang dengan tingkat yield rendah. Sedangkan euro masih tetap perkasa di tengah spekulasi bahwa Bank Sentral Eropa akan terus mengambil tindakan untuk mengatasi krisis di kawasan tersebut setelah memangkas suku bunga acuan di rekor terendah.
Spekulasi QE3 melemahkan posisi dollar
TOKYO. Pergerakan dollar AS hanya berjarak 0,1% dari level paling lemah dalam sepekan terakhir versus euro. Pada pukul 09.12 waktu Tokyo, dollar AS diperdagangkan di posisi US$ 1,2572 per euro dari posisi penutupan kemarin di level US$ 1,2582. Pelemahan dollar AS pada hari ini terjadi setelah investor bertaruh bahwa pimpinan the Federal Reserve Ben S Bernanke akan memberikan sinyal untuk menggelontorkan stimulus yang dibutuhkan untuk mendogkrak pemulihan ekonomi AS. "Dollar AS bergerak melemah dengan adanya indikasi quantitative easing 3 oleh the Fed," jelas Mike Jones, currency strategist Bank of New Zealand Ltd. Sementara itu, jika berhadapan dengan yen, nilai tukar dollar AS menguat 0,2% menjadi 79,32 yen. Sedangkan posisi euro menguat 0,1% menjadi 99,73 yen. Pelemahan yen terjadi seiirng reli yang terjadi pada pasar saham Asia dan global. Kondisi itu menurunkan permintaan mata uang dengan tingkat yield rendah. Sedangkan euro masih tetap perkasa di tengah spekulasi bahwa Bank Sentral Eropa akan terus mengambil tindakan untuk mengatasi krisis di kawasan tersebut setelah memangkas suku bunga acuan di rekor terendah.