KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen pipa baja, PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (
ISSP) atau dikenal dengan nama Spindo, menggenjot penjualan semua lini produknya di tahun ini. Salah satu produknya, pipa sambungan air diprediksi masih menyumbang besar bagi pendapatan besar perseroan. Johannes Edward, Investor Relations Spindo mengatakan perseroan juga telah mengembangkan produk pipa air dengan kandungan titanium. Mengenai persaingan dengan pipa plastik PVC yang juga menyasar sambungan air, menurut Johannes fungsi dan pengaplikasian pipa baja cenderung berbeda dengan pipa plastik.
"Seperti pipa sprinkler untuk pemadam kebakaran tentu tidak mungkin pakai plastik. Begitu juga pipa air untuk kondisi tanah yang tidak stabil, yang dipakai pasti (pipa) baja," ungkapnya kepada Kontan.co.id, Jumat (25/1). Mengulik laporan keuangan kuartal tiga 2018, penjualan dari pipa air lokal dan ekspor mencapai Rp 697 atau 20% dari total revenue perseroan. Saat ini perseroan tercatat memiliki enam unit pabrik dengan kapasitas terpasang mencapai 600.000 ton per tahun. Manajemen berupaya meningkatkan efisiensi dan membenahi production cost secara terus-menerus. Caranya, yakni efisiensi dari segi produksi dimana yang awalnya satu jenis produk dapat diproduksi oleh lebih dari satu unit pabrik. "Misalnya dahulu produksi satu jenis pipa harus dipindah dari satu unit ke unit lainnya, ini yang harus diefisienkan. Dengan memotong jalur produksi itu kami bisa hemat 2%," urai Johannes. Adapun sampai akhir tahun 2018 kemarin perseroan menargetkan kenaikan laba bersih empat kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya. Johannes optimistis target tersebut dapat tercapai. Sekadar informasi, di 2017 yang lalu laba bersih ISSP sempat anjlok hingga 10 kali lipat menjadi Rp 8,6 miliar, di mana pada tahun sebelumnya masih mencatatkan keuntungan bersih Rp 102 miliar. Johannes mengaku tahun 2017 yang lalu tersebut memang menjadi tahun terberat bagi manajemen, sehingga perseroan harus segera membenahi
turn around yang ada. Adapun untuk laba bersih di 2018 dengan target seperti itu diproyeksi jumlahnya sekitar Rp 34,4 miliar. Terkait
capital expenditure (capex) perseroan belum mengeluarkan modal besar. Johannes mengungkapkan capex hanya untuk
maintenance mesin secara rutin yang dianggarkan kisaran Rp 20 miliar sampai Rp 50 miliar. Dengan potensi maraknya proyek pembangunan infrastruktur, ISSP masih optimis tumbuh 20% di tahun ini. Menurut Johannes, manajemen akan memaksimalkan jaringan distribusi khususnya pelanggan yang telah eksisting sebelumnya.
Mengenai capaian
revenue full year 2018 kemarin, perseroan mengaku masih dalam penghitungan, namun Johannes yakin target di awal yakni pendapatan Rp 4 triliun dapat dicapai di tahun tersebut. Di 2019 pula, penjualan ISSP masih didominasi segmen lokal ditengah menguatkan proyek konstruksi. Mengintip laporan keuangannya sampai kuartal tiga 2018, pendapatan lokal menyumbang 95% atau senilai Rp 3,21 triliun dari total revenue yang tercatat sebanyak Rp 3,38 triliun. Kata Johannes, distribusi di kawasan Timur Indonesia berpeluang meningkat seiring proyek infrastruktur di sana, keperluan pipa baja meliputi tiang pancang dan pelabuhan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto