KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk alias Spindo (ISSP) mencetak rekor laba bersih pada level Rp 530,08 miliar sepanjang tahun lalu. Produsen pipa baja ini optimistis bisa meneruskan pertumbuhan laba pada tahun 2025. Corporate Secretary sekaligus Chief Strategy & Business Development Officer Spindo, Johanes W. Edward meyakini ISSP bisa kembali mendongkrak perolehan laba, meski dengan level pertumbuhan yang konservatif. ISSP mengejar target kenaikan laba sekitar 10% pada tahun ini. ISSP akan melanjutkan strategi efisiensi untuk memangkas beban dan biaya, sekaligus mencapai operasional yang lebih efisien. Johanes lantas menyoroti kondisi ekonomi yang masih dibayangi sejumlah tantangan, baik dari dalam negeri maupun faktor global.
Meski begitu, Johanes meyakini fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat, sehingga peluang pertumbuhan bisnis masih terbuka. "Kami berupaya untuk mengatasi tantangan tersebut. Peluang terbesar masih dari sektor infrastruktur," kata Johanes kepada Kontan.co.id, Senin (17/3). Baca Juga: Spindo (ISSP) Cetak Rekor Laba Rp 530,08 Miliar pada 2024, Ini Pendorongnya Dana untuk pembangunan infrastruktur dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) memang terpangkas. Tetapi, ISSP memandang masih ada peluang dari pembangunan di daerah serta proyek yang didanai dari non-APBN. Termasuk investasi dari sektor swasta domestik maupun global. "(Peluang) masih besar. Pembangunan infrastruktur tidak hanya bertumpu pada APBN. Banyak pihak swasta atau BUMN yang juga membangun. Kami melihat masih banyak pembangunan di daerah serta relokasi dan investasi yang dilakukan oleh investor global," ungkap Johanes. Johanes pun berharap pemerintah terus memberikan dukungan dan perlindungan terhadap perkembangan industri baja di dalam negeri. Salah satu yang telah diberikan adalah pengenaan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD), yang diperpanjang untuk lima tahun ke depan. Perpanjangan BMAD tersebut berlaku sejak Februari 2025. "Untuk industri baja, memang perlu komitmen melindungi manufaktur terkait. Namun diperlukan perlindungan yang lebih komprehensif dan mendukung kemajuan industri manufaktur dalam negeri," ujar Johanes. Hingga akhir tahun lalu, penjualan ISSP masih didominasi oleh pasar domestik dengan porsi sekitar 95%. ISSP pun ingin meningkatkan porsi penjualan ke pasar ekspor, tetapi langkah ini akan dilakukan secara selektif. Secara operasional, pada tahun ini ISSP akan meneruskan langkah ekspansi untuk meningkatkan kapasitas produksi. ISSP sebelumnya telah menggelar ekspansi pada Gudang Unit 7 di Gresik, yang sudah beroperasi sebagai North Distribution Centre pada Agustus 2024. North Distribution Centre ini memiliki kecepatan loading sekitar tiga kali lebih cepat dari lokasi lain, dan akan terus dikembangkan. Saat ini, pembangunan Unit 7 terus berjalan untuk persiapan kedatangan mesin baru pada bulan Oktober mendatang dan bulan Maret 2026. "Diharapkan dengan mesin yang baru ini, kami dapat terus mengembangkan varian produk terutama produk high-value, high-margin yang sebelumnya belum dapat kami produksi," imbuh Johanes. Guna memuluskan strategi ekspansi tersebut, ISSP mengucurkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 270 miliar sepanjang tahun lalu. Penggunaan capex mencakup pembelian lahan, pembangunan distribution centre dan sebagai maintainance capex. Sedangkan pada tahun ini, ISSP bakal mengerek anggaran capex. ISSP menyiapkan capex sekitar Rp 500 miliar, yang mayoritas akan dialokasikan untuk pembangunan Unit 7. Sebagian besar capex akan didanai dari kas internal. Sebagai informasi, ISSP telah memulai investasi untuk meningkatkan kapasitas produksi dalam tiga tahun ke depan. Setelah seluruh proyek investasi rampung, kapasitas produksi ISSP akan mencapai lebih dari 1 juta ton per tahun, dari posisi saat ini sekitar 650.000 ton. Baca Juga: Steel Pipe Industry (ISSP) Siapkan Capex Rp 250 Miliar Tahun 2025, Ini Alokasinya