KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP) meraih laba bersih Rp 530,08 miliar pada 2024. Capaian ini merupakan laba bersih tertinggi dalam sejarah produsen pipa baja yang juga dikenal dengan nama Spindo tersebut. Laba bersih ISSP meningkat 6,42% dibandingkan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada 2023, yang kala itu sebesar Rp 498,08 miliar. Bottom line ISSP mampu tumbuh ketika top line mengalami penurunan. Penjualan dan pendapatan jasa ISSP menyusut sebanyak 5,27% secara tahunan (year on year/yoy) dari Rp 6,45 triliun menjadi Rp 6,11 triliun pada tahun 2024.
Baca Juga: Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) Maksimalkan Penjualan di Sisa 2024 Penjualan dan pendapatan jasa ISSP mayoritas berasal dari pasar lokal, yakni senilai Rp 5,94 triliun. Sementara kontribusi dari ekspor sebesar Rp 176,92 miliar. Penjualan dan pendapatan jasa ISSP dari lokal maupun ekspor masing-masing mengalami penurunan 4,34% dan 27,14% (yoy). Di tengah penurunan penjualan tersebut, ISSP mampu memangkas beban pokok pendapatan sebanyak 6,87% (yoy) menjadi Rp 5,01 triliun. Hasil itu mendongkrak perolehan laba kotor ISSP, yang naik 3,77% (yoy) dari Rp 1,06 triliun menjadi Rp 1,10 triliun pada 2024. Dengan capaian ini, margin laba bersih dan laba kotor ISSP masing-masing mengalami pertumbuhan 18,1% dan 8,7%. Corporate Secretary sekaligus Chief Strategy & Business Development Officer Spindo, Johanes W. Edward mengungkapkan margin laba bersih dan laba kotor tersebut lebih tinggi dari target yang dibuat pada awal tahun, yakni sebesar 18% dan 8%. Johanes menjelaskan, laba ISSP mampu tumbuh meski pendapatan menyusut, terutama karena strategi efisiensi. Hasilnya tampak dari penurunan beban. Termasuk biaya bunga yang turun sekitar 11%, serta biaya umum dan administrasi yang menyusut sekitar 13%. Baca Juga: Steel Pipe Industry of Indonesia Optimis Capai Pertumbuhan Laba Bersih Hingga 20% "Selain itu, pengurangan waste pada proses produksi menyebabkan penggunaan bahan baku lebih efisien," terang Johanes saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (17/3). Johanes bilang, upaya efisiensi tersebut juga mencerminkan penurunan biaya produksi ISSP yang tergabung dalam Cost of Goods Sold (COGS). Sedangkan dari sisi ekspansi, Gudang Unit 7 di Gresik sudah beroperasi sebagai North Distribution Centre pada Agustus 2024. North Distribution Centre tersebut memiliki kecepatan loading tiga kali lebih cepat dari lokasi lain, dan akan terus dikembangkan. Saat ini, pembangunan Unit 7 terus berjalan untuk persiapan kedatangan mesin baru pada bulan Oktober mendatang dan bulan Maret 2026. "Diharapkan dengan mesin yang baru ini, kami dapat terus mengembangkan varian produk terutama produk high-value, high-margin yang sebelumnya belum dapat kami produksi," kata Johanes. Baca Juga: Steel Pipe Industry of Indonesia (ISSP) Incar Laba Naik 10%-20% di Akhir 2024 Pada tahun lalu, ISSP mengucurkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sekitar Rp 270 miliar. Dana tersebut dialokasikan untuk sejumlah keperluan. Termasuk pembelian lahan, pembangunan distribution centre dan sebagai maintainance capex.