Spindo mulai melirik proyek pembangkit listrik



JAKARTA. PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk menargetkan volume penjualan tahun ini naik 20%. Ada tiga segmen yang menjadi andalan jual bagi perusahaan yang akrab disebut Spindo ini.

Johanes Wahyudi Edward, Investor Relations PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk mengatakan, segmen tersebut adalah konstruksi atau infrastruktur, otomotif, dan furnitur. Segmen infrastruktur banyak yang tertunda di 2016 sehingga menambah pendapatan di 2017 ini.

Dari riset JP Morgan Asia yang dilansir di situs web Spindo, juga tercatat 35 proyek infrastruktur yang dibidik sebagai potensi pendapatan. Sebagai informasi, ada proyek besar lewat kontraktor Mitsui Engineering & Shipbuilding yakni Tanjung Jati B Power Plant sebanyak 12.628 ton dan juga Central Java Power Plant sebanyak 17.991 ton.


Keduanya merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang akan disuplai pipa tiang pancangnya oleh Spindo. Selain itu masih ada belum tercatat PLTU Cirebon. "Disamping itu sektor otomotif dan furnitur stabil meningkat dalam dua tahun terakhir," kata Johanes saat dihubungi KONTAN, Jumat (13/1)

Dari laporan keuangan emiten ISSP per kuartal III-2016 tercatat penjualan sebesar Rp 2,3 triliun atau turun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,7 triliun. Dari situ JP Morgan Asia menyebut segmen penjualan ISSP di kuartal III-2016 bersumber dari sektor konstruksi sebesar 62%, otomotif 19%, furnitur 19%, dan 1% dari minyak dan gas.

Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya sektor konstruksi hanya menyumbang pendapatan 59%, minyak dan gas 13%, otomotif 14% dan furnitur 14%.

Seperti diketahui, selama ini pabrik Spindo di Karawang dengan kapasitas produksi 150.000 ton per tahun lebih fokus memproduksi pipa baja untuk industri otomotif. Semua pemain otomotif roda dua baik Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki dan TVS menjadi pelanggannya. Untuk pangsa pasar roda dua diklaim mencapai 32%. Sedangkan roda empat baru Toyota dan Honda. Dengan jumlah pangsa pasar baru mencapai 8%.

Untuk tahun ini pihaknya masih berupaya mencari kerjasama dengan perusahaan lain untuk menjadi supplier resmi. Akan tetapi menurut Johanes hal itu tidak mudah karena perlu persetujuan dan waktu tes yang panjang. "Di saat penjualan otomotif turun, penjualan pipa mekanis kita tetap naik," katanya.

Sedangkan untuk furnitur pabrik di Rungkut dan Warugunung masih jadi andalan. Tahun ini Spindo menganggarkan belanja modal atau capital expenditure sebanyak Rp 100 miliar yang sumbernya dari kas internal.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Rizki Caturini