Spindo terbebani harga besi, ini rekomendasi analis untuk saham ISSP



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Moody's menurunkan outlook surat utang PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk atau Spindo (ISSP) menjadi negatif dari stabil. Moody's melihat, volatilitas harga bijih besi akan mempengaruhi margin laba perusahaan lantaran biaya besi memakan 85%-95% beban penjualan Spindo. 

Analis Artha Sekuritas Indonesia Juan Harahap mengatakan, untuk menghadapi volalitas harga bijih besi, Spindo perlu menaikkan harga jual secara berkala.

"ISSP bisa menerapkan strategi dengan menaikkan harga jual secara bertahap sehingga bisa tetap mempertahankan margin labanya di level 15%," jelasnya, Jumat (24/8).


Dari sisi saham, dia menyarankan agar investor untuk wait and see sembari menunggu rilis laporan keuangan di kuartal III dan kuartal IV tahun ini.

"Sebaiknya menunggu rilis laporan keuangan tahun ini dan melihat respons perusahaan, apakah mereka bisa mempertahankan margin laba tetap di level 15%," katanya.

Juan juga menyarankan agar investor mencermati aksi korporasi Spindo karena bisa berpotensi mendongkrak laporan keuangan perusahaan. 

Beban pokok

Analis Trimegah Sekuritas Rovandi juga melihat, beban pokok Spindo mengalami pembengkakan karena harga baja yg naik sehingga profit marginnya pun tergerus dalam.

"Untuk periode 2018 full year, beban pokok dari harga baja tidak akan banyak mengalami perubahan sehingga laporan keuangan ISSP hingga akhir tahun ini diperkirakan masih akan di bawah estimasi terutama untuk net marginnya," kata Rovandi.

Dari sisi saham, ia juga menilai saham ISSP kurang menarik sebab fundamental dan juga sektor industri baja sendiri tengah bergejolak dengan harga bijih besi yang tidak stabil.

Secara teknikal, dia melihat, target harga ISSP di kisaran Rp 70 - Rp 75 per saham. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia