Sukses memperkokoh kerajaan keuangan milik sang ayah, tahun ini taipan Yunani, Spiro Latsis, kembali dinobatkan majalah Forbes
sebagai orang terkaya di Negeri Seribu Dewa dengan kekayaan US$ 4,8 miliar. Sejak tahun 2003, tak pernah ada seorang pun di Yunani yang menggesernya dari posisi puncak sebagai orang terkaya. Selain karena warisan, kecerdikan Latsis dalam berbisnis menjadi faktor pendukung mendulang uang sekaligus mempertahankan gelarnya. Kerajaan bisnis Latsis mencakup berbagai bidang. Mulai dari jasa keuangan, penyulingan minyak,
real estate, hingga perusahaan pelayaran. Di bidang perbankan, Spiro Latsis mewarisi EFG Bank European Financial Group dari ayahnya yang juga konglomerat perbankan dengan operasi perbankan swasta di Monaco, Inggris, dan Swiss. Termasuk di dalamnya adalah EFG Eurobank Ergasias.
Di bidang perminyakan, Spiro adalah pemegang saham terbesar di Hellenic Petroleum, perusahaan penyulingan minyak besar di Eropa. Spiro juga meneruskan Lambda Development, perusahaan pengembang
real estate yang berbasis di Athena. Selain perusahaan yang disebutkan di atas, orang terkaya Yunani itu juga memiliki usaha penyewaan pesawat dan kapal pesiar, yakni PrivatAir dan PrivatSea. Keluarga Latsis menjadi investor paling berpengaruh di Bursa Efek Athena pada 2009 dengan nilai investasi sebesar € 2,6 miliar. Terlahir dari rahim Erietta Tsoukala pada tahun 1946 di Athena pada 1946, Spiro memiliki dua adik, Marianna dan Margaretha. Sejak lahir, ketiga anak ini sudah berlimpah kekayaan. Sebab, ayah mereka, Yiannis "John" Latsis, adalah seorang konglomerat perkapalan Yunani. John hidup bertahun-tahun di rumah besar di samping Istana St. James di London, sampai kematian menjemputnya pada akhir April 2003. Keluarga Latsis tak mau merinci sebab kematian John. Memulai bisnis sebagai penjual buah kering, bisnis John melesat hingga dia mampu membeli perahu sewaan yang pertama pada tahun 1938. Seiring dengan waktu, John mulai mendiversifikasi bisnisnya dengan mendirikan perusahaan
real estate. Pada 1960-an, ia memperluas usaha dengan pembelian kilang minyak. Hubungan baiknya dengan keluarga kerajaan Arab Saudi membuat John Latsis mendapatkan kontrak untuk membangun kilang minyak di negeri padang pasir itu. Belum puas, John lantas menjajal bidang keuangan. Pada tahun 1979, ia membeli Deposit Bank dari keluarga Onassis di Jenewa. Pada 1989, ia menciptakan Private Bank dan Trust Company yang diikuti pendirian Euroinvestment Bank setahun berikutnya. Semakin luasnya bidang usaha yang digeluti John membuat pundi-pundinya kian bertambah gemuk. Karena itu, harian
The Independent yang bermarkas di London menjulukinya sebagai taipan Yunani yang kekayaannya melesat bak meteor. Ditaksir, kekaisaran Latsis lebih dari £ 10 miliar, John yang mati tua di usia 92, meninggalkan banyak armada yang mampu mengangkut 2 juta ton termasuk kapal kargo kering, supertanker, ro-ro, serta kapal penyelamatan dan perbaikan. Ia juga meninggalkan beberapa kapal pesiar yang dua di antaranya berlabuh di Jeddah yang selama ini dipakai sebagai markas Latsis untuk menerima tamu. Kilang minyak,
real estate, dan bisnis konstruksi di Arab Saudi, Yunani, Amerika Serikat, dan Inggris tercatat juga sebagai warisan.
Selain itu, John juga mewariskan tiga bank swasta kepada anaknya, Spiro Latsis. Ketiga bank itu yakni EFG Private Bank and Trust Co yang berbasis di London, Banque de Dépôts yang berpusat di Jenewa, dan Eurobank yang bermarkas di Athena. Banque de Dépôts dibeli dari tangan Aristoteles Onassis pada 1980. Empat tahun sebelum meninggal, John sejatinya sudah menyerahkan kerajaannya kepada anak sulungnya Spiro yang ketika itu telah lulus Phd dari London School of Economics tahun 1974. Di awal kepemimpinannya, Spiro mengambil langkah awal untuk mengembangkan EFG Holding Company yang mengkhususkan diri dalam pengelolaan kekayaan. (Bersambung)
Editor: Catur Ari