Spread 160 bps dari SBR010 tetap menarik di tengah ketidakpastian ekonomi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kupon dan spread saving bond ritel seri SBR010 lebih mini dari pada seri sebelumnya yang terbit di tahun ini. Meski begitu, para ekonom menilai tawaran kupon dan spread SBR010 tetap menarik di tengah kondisi ekonomi yang belum pulih. 

Mulai Senin (21/6) hingga 15 Juli, pemerintah akan menawarkan SBR010 dengan kupon sebesar 5,10%. Sementara, spread obligasi ritel yang tidak bisa diperdagangkan kembali di pasar sekunder ini jadi sebesar 160 basis poin (bps) atas BI 7-day reverse repo rate.

Jika dibandingkan kupon dan spread SBR010 lebih kecil dibanding dua SBN ritel yang sudah terbit di tahun ini. Sebelumnya, ORI019 ditawarkan dengan kupon sebesar 5,57%. Saat itu tingkat suku bunga BI7DRRR berada di 3,5%. Alhasil spread ORI019 sebesar 207 bps. Sementara, kupon SR014 sebesar 5,47% dan memiliki spread 197 bps atas BI7DRRR yang juga berada di 3,5% saat itu. 


Meski kupon dan spread semakin mini, Kepala ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan tawaran kupon dan spread SBR010 ideal dan tetap menarik di tengah kondisi ekonomi global yang belum kondusif. 

Baca Juga: Permintaan pada lelang SUN, Selasa (22/6), diprediksi akan turun

SBR010 tetap menarik karena juga memiliki fitur floating with floor dengan batas bawah kupon 5,10%. Artinya, ketika pemerintah menaikkan suku bunga acuan maka imbal hasil SBR010 juga akan naik. 

David mengatakan tren tingkat suku bunga global kini mengarah naik jika ekonomi berhasil bangkit, begitupun dengan Indonesia. "Arahnya suku bunga memang naik, tidak bisa suku bunga terus dalam tingkat yang rendah," kata David, Jumat (17/6). 

Senada, Head of Economics Research Pefindo, Fikri C. Permana mengatakan saat ini The Fed sudah memberikan sinyal akan menaikkan tingkat suku bunga lebih cepat. Dengan begitu, tingkat suku bunga BI7DRRR juga akan ikut naik. Sehingga, investasi di SBR010 yang memiliki bunga mengambang akan menarik. 

"Indonesia juga nantinya akan menaikkan suku bunga tergantung pertumbuhan inflasi, sejauh ini memang inflasi masih terjaga stabil di 1,6%," kata Fikri. Jika inflasi berada di 3%, Fikri memproyeksikan BI akan mulai mencoba menjalankan pengetatan kebijakan moneter. 

Kembali lagi, bagaimanapun tren suku bunga memiliki potensi untuk naik jika berkaca pada kondisi yang terjadi di global. Namun, Fikri memproyeksikan kenaikan suku bunga belum akan terjadi di tahun ini, melainkan di tahun depan. Alhasil SBR010 yang memiliki tenor dua tahun ini masih berpotensi untuk hasilkan kenaikan return

Ditambah, Fikri mengatakan SBR010 bisa semakin menarik jika pemerintah turut menurunkan pajak obligasi ritel dari 15% menjadi 10%. "Semoga SBN ritel juga mendapat sentimen positif dari sisi pajak sehingga imbal hasil investor bisa bertambah," kata Fikri. 

Dengan begitu, Fikri juga optimistis target awal pemerintah di Rp 10 triliun berpotensi tercapai. Hal ini juga didukung dari literasi keuangan masyarakat yang semakin menyebar luas. 

David juga menilai tawaran SBR010 ini menarik. Apalagi bagi investor yang memiliki profil risiko konservatif hingga moderat. "Di tengah kondisi ekonomi yang masih penuh ketidakpastian aset SBR010 yang cenderung aman ini jadi menarik untuk dimiliki," kata David. 

Selanjutnya: Penawaran dalam lelang SUN diperkirakan terus meningkat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .