KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing masih mengalir keluar dari pasar Surat Utang Negara (SUN) atau Surat Berharga Negara (SBN). Alasan utamanya karena imbal hasil (yield) obligasi Amerika Serikat (AS) yang terus naik dan sempat menyentuh level tertinggi sejak Juni 2008. Sebagai gambaran, data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) pada 21 Oktober 2022 menunjukkan total kepemilikan investor asing di SBN sebesar Rp 715,97 triliun. Padahal, posisi dana asing pada 30 September 2022 terpantau sebesar Rp 730,26 triliun. Artinya, sepanjang Oktober sudah terjadi outflow sebesar Rp 14,29 triliun. Sementara, kepemilikan asing di SBN dari awal tahun sudah berkurang sekitar Rp 178 triliun.
Vice President Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan bahwa terus keluarnya dana asing dari pasar SBN karena obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury) berhasil menarik perhatian investor dengan memberikan yield yang jauh lebih menarik. "Imbal hasil menjadi daya pikat utama bagi investor," kata Wawan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (24/10). Baca Juga: Kurs Rupiah Berpotensi Melemah, Antisipasi Rencana The Fed Yield US Treasury tenor 10 tahun hari ini berada di 4,16%. Sedangkan yield SUN acuan tenor 10 tahun seri FR0091 berada di 7,61%. Di akhir 2021 lalu, yield US Treasury tenor 10 tahun masih ada di 1,51%. Sedangkan yield FR0091 berada di 6,27%. Artinya, selisih yield kedua obligasi negara tersebut turun dari 476 bps di akhir 2021 menjadi 345 bps. Sebagai pembanding, AS memiliki peringkat utang AA+. Sedangkan Indonesia memiliki peringkat utang BBB. Baca Juga: Bahaya Resesi Mengintai, Saham dan Obligasi Bisa Jadi Agunan Wawan memaparkan, kondisi tersebut erat kaitannya dengan kenaikan suku bunga. Dengan sikap Hawkish bank sentral Amerika menaikkan suku bunga, maka yield obligasi AS wajar berada pada tingkat yang lebih baik. Bank Indonesia (BI) masih bersikap hedging terhadap kenaikan suku bunga. Aksi kerek suku bunga pada Oktober menjadi sebesar 4,75% belum memberikan imbal hasil yang lebih baik. Secara total, memang BI hanya menaikkan suku bunga sebesar 1% dari awal tahun 2022. "Mereka (The Fed) menaikkan suku bunga dengan sangat ekstrem. Sehingga, yield US Treasury cukup tinggi yang menarik minat investor hampir di penjuru dunia," kata Wawan. Baca Juga: Rupiah Anjlok, Dana Asing di Pasar SBN Terus Berkurang Di sisi lain, arus dana asing keluar dari SBN karena volatilitas rupiah. Rupiah masih tertekan terhadap dolar yang kini berada pada level di atas Rp 15.500 per dolar AS.