SR018 Bisa Diperdagangkan Kembali, Kemenkeu Yakin Minat Investor Ritel Cukup Tinggi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) meyakini antusiasme masyarakat untuk berinvestasi di surat berharga syariah negara (SBSN) ritel seri SR018 akan cukup tinggi.

Sebagai informasi, pemerintah melalui DJPPR Kemenkeu dijadwalkan akan merilis SBSN ritel seri SR018 pada Maret 2023. Penawaran akan dilakukan mulai 3 Maret hingga 29 Maret 2023.

Direktur Pembiayaan Syariah DJPPR Kemenkeu Dwi Irianti Hadiningdyah mengatakan Kemenkeu meyakini animo masyarakat terhadap SR018 akan cukup tinggi.


Baca Juga: Setelah SBR012, Ini Jadwal Penerbitan Sukuk Ritel SR018

“SR018 bersifat tradable. Ini merupakan karakteristik yang cukup penting bagi investor ritel yang concern terhadap isu likuiditas,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (16/2).

Selain itu, terdapat seri SR012 yang akan jatuh tempo pada 10 Maret 2023. Sehingga, para investor berpotensi untuk menginvestasikan kembali imbal hasil SR012 ke SR018.

Dwi mengatakan, tren pergerakan yield di pasar keuangan tahun 2023 diekspektasikan tidak akan se-volatile tahun 2022, bahkan diperkirakan cenderung turun.

“Dari sisi sentimen pasar, kondisi itu bisa menyebabkan minat investasi masyarakat menjadi cukup tinggi,” paparnya.

Terkait kupon SR018, Dwi tak mengatakan secara pasti berapa besarannya. Pemerintah juga belum menentukan berapa target penjualan untuk SR018.

“Jika animo masyarakat cukup besar, akan memungkinkan kami membuka penjualan berapa pun yang dibutuhkan masyarakat,” katanya.

Dwi menegaskan, pemerintah akan melihat kondisi pasar terkini, termasuk mempertimbangkan tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI7DRR), dalam menentukan kupon SR018.

Baca Juga: Potensi Cuan Berinvestasi di SBR012, Simak Tips Belanja SBN Ritel!

Dengan demikian, diharapkan tingkat kupon yang nantinya ditetapkan oleh pemerintah akan benar-benar mencerminkan dan relevan dengan kondisi pasar terkini.

“Kami juga berharap kupon akan sesuai dengan strategi pengelolaan pembiayaan pemerintah dan berada pada level yang masih menarik bagi investor,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi