KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menyatakan dukungan terkait rencana ekspor ayam ke Singapura. Apalagi saat ini, komoditas ayam dalam posisi kelebihan pasokan atau
oversupply di dalam negeri. Emiten PT Sreeya Sewu Indonesia Tbk (
SIPD) turut menangkap peluang tersebut, di tengah pembatasan ekspor ayam dari Malaysia, yang merupakan pemasok utama komoditas tersebut di Singapura. Pada saat ini, sedang ada pembicaraan bilateral antara pemerintah Indonesia dan Singapura yang melibatkan dua asosiasi yakni Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) di Indonesia dan Singapore Food Association (SFA).
Kedua asosiasi itu sedang memvalidasi dan verifikasi sertifikasi beberapa produsen ayam di Indonesia dalam rangka mengisi kebutuhan di Singapura. Terkait hal tersebut, Komisaris SIPD Theo Lekatompessy mengatakan, SIPD selalu siap dengan sertifikasi yang ada dan siap untuk melaksanakan segera setelah tercapai kesepakatan antar pemerintah (G to G).
Baca Juga: Sreeya Sewu (SIPD) Raih Laba Bersih Rp 29,75 Miliar Per Kuartal I Seperti diketahui, selama ini belum ada produsen unggas asal Indonesia yang merambah ke Singapura karena belum ada lampu hijau importasi unggas asal Indonesia di aturan dan regulasi pemerintah Singapura. Untuk itu, Theo berharap agar dapat segera tercapai kesepakatan bilateral G to G yang memungkinkan terlaksananya ekspor ayam ke Singapura. Sebagai informasi, melalui PT Belfoods Indonesia, SIPD pernah menembus beberapa pasar ekspor ke beberapa negara. "Pada saat ini, sedang dilakukan finalisasi negosiasi dengan calon buyer di Filipina, di samping juga Singapura. SIPD akan terus berupaya mengembangkan pasar ekspor," paparnya pada Kontan, Senin (27/6). Pada paruh pertama tahun ini, SIPD sedang menindaklanjuti pengembangan kapasitas pabrik baik di produk hulu dan juga produk hilir seperti makanan beku berbahan ayam. Di samping, SIPD juga melakukan penambahan peternakan ayam.
"Untuk
frozen food juga banyak di
launching aneka cita rasa mancanegara seperti yang bercita rasa Korea sedang
hype saat ini di konsumen," tambahnya. Menurutnya, sekarang ini tantangan yang dihadapi secara umum oleh industri perunggasan adalah faktor harga yang belum memadai dan fluktuasi yang masih tajam membuat sulit dalam memprediksi harga dan melaksanakan penjualan secara kontrak. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari