KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mematok pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,2% YoY. Target ini lebih rendah dari outlook pertumbuhan ekonomi 2023 yang di kisaran 5,3% YoY hingga 5,7% YoY. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut, ada sejumlah peristiwa yang memengaruhi pertimbangan penetapan target pertumbuhan ekonomi tahun depan. Ini terkait dengan kondisi ketidakpastian global yang penuh ketidakpastian sehingga menekan prospek pertumbuhan ekonomi negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat (AS), Eropa, dan China dalam 12 bulan hingga 18 bulan ke depan. Gonjang-ganjing yang terjadi pada negara-negara besar tersebut tentu akan berdampak pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
"Ini karena, salah satunya disebabkan oleh kenaikan suku bunga acuan yang sangat drastis dan bahkan lebih lama dari perkiraan," tutur Sri Mulyani, Rabu (16/8).
Baca Juga: Harga Logam Industri Tertekan Perlambatan Ekonomi China Selain itu, ketidakpastian global datang dari ketidakpastian geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan China, serta Rusia dan Ukraina. Pertumbuhan ekonomi China menunjukkan tanda-tanda pelemahan, bahkan setelah gerbang perekonomian dibuka. Ini menjadi salah satu risiko terbesar Indonesia, mengingat China merupakan negara mitra dagang terbesar Indonesia. "Apalagi, kita melihat ekspor memiliki kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi. Maka ini akan memberi risiko terhadap pertumbuhan ekonomi," kata Menkeu. Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, target pertumbuhan tersebut lebih rendah dari potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan. David optimistis, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2024 bisa tumbuh mencapai 5,5% YoY hingga 5,7% YoY. "Sebenarnya (target tersebut) realistis, tetapi potensial pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan sampai 5,5% YoY hingga 5,7% YoY," terang David kepada Kontan.co.id, Kamis (17/8).
Baca Juga: Kejar Target Pertumbuhan Ekonomi 2024, Sri Mulyani Akan Dorong Belanja Berkualitas Namun, David memberi catatan. Potensi pertumbuhan yang lebih tinggi tersebut juga harus diimbangi dengan upaya ekstra pemerintah, terutama, pada tahun depan adalah tahun terakhir jajaran pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal ini bisa dilakukan dengan mendorong belanja negara yang cepat dan diarahkan pada belanja produktif. Bila belanja yang telah dialokasikan bisa terserap dengan baik dan tepat sasaran, David yakin pertumbuhan ekonomi tak hanya tumbuh lebih tinggi, tetapi juga berdampak pada pengentasan kemiskinan. Target tingkat kemiskinan pada tahun 2024 yang dipatok 6,5% hingga 7,5% juga mungkin tercapai.
Selain itu, pemerintah juga terus bisa menggenjot investasi, terutama dari segi efektivitas dan efisiensi. Mengingat, rasio inefisiensi penggunaan modal (ICOR) Indonesia relatif lebih tinggi dari negara lain. Lebih lanjut, PR untuk menjaga pertumbuhan ekonomi juga kemudian akan diemban oleh pemerintahan baru selanjutnya. David pun memberi pesan. Pemerintahan baru perlu untuk memetakan program yang akan dilakukan selama lima tahun ke depan. Agar, masyarakat juga pelaku bisnis mengetahui hal riil yang akan dilakukan. "Inflasi masih menjadi perhatian, tensi geopolitik masih tinggi dan el nino akan berpengaruh pada pangan. Harus tetap waspada," tandas David. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati