Sri Mulyani: Ancaman proteksionisme sudah jadi kenyataan



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, proteksionisme dari sisi perdagangan yang menyebabkan risiko terhadap ekonomi dunia sudah bukan lagi ancaman, melainkan sudah menjadi kenyataan.

“Dalam beberapa pekan terakhir di G7 ini sudah ada perpecahan antara AS dan negara G lainnya, dengan demikian ancaman proteksionsime bukan lagi ancaman tapi sudah jadi realita,” kata Sri Mulyani di Gedung DPR RI, Jakarta, Senin (4/6).

Selain dalam konteks perdagangan, ekonomi China juga akan mengalami rebalancing sehingga ekonominya akan memberat. Sementara itu, pasar keuangan sudah terkena imbas dari kenaikan suku bunga acuan The Fed.


Adapun risiko politik dari Laut China Selatan, Timur Tengah, dan Venezuela. “Ini beberapa faktor yang pengaruhi ekonomi Indonesia di 2018 dan kami perkirakan masih berlangsung sampai 2019,” ucapnya.

Dengan risiko ini, Sri Mulyani mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi pada 2019 akan mencapai 5,4% hingga 5,8%. Namun demikian, kecenderungannya adalah pada batas bawah.

Ia mengatakan, meskipun dengan tekanan global ini, konsumsi sebagai faktor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia akan dijaga dari sisi daya beli melalui penciptaan tenaga kerja dan inflasi yang rendah.

“Konsumsi akan kami jaga supaya tahun depan tumbuh 5,1%-5,2%. investasi juga kami jaga perbaikannya yang mulai ada di kuartal I 2018 di mana mendekati 8%. Ini terkuat sejak terjadinya commodity shock di 2014 akhir sampai 2016,” jelasnya.

Dengan demikian, dari sisi investasi, ia mengatakan bahwa pemerintah bakal berupaya untuk menjaga jaga confidence dari swasta untuk ekspansi dan berinvestasi, yakni dengan reformasi kebijakan, insentif fiskal, Online Single Submission (OSS), dan infrastruktur yang sudah mulai rampung,

“Ini akan meningkatkan mobilitas dan produksi yang akan meningkatkan investasi di pelosok,” kata Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto