KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia telah mempersiapkan dana sebesar US$ 30 miliar AS untuk menahan krisis pangan yang disebabkan invasi Rusia di Ukraina. Hal ini dungkapkan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati saat melakukan konferensi pers G-20 di forum Joint Finance and Agriculture Ministers Meeting (JFAMM), Selasa (11/10). “Kami juga dalam hal ini mengumpulkan inisiatif yang sudah ada, seperti dari Bank Dunia yang memiliki inisiatif US$ 30 miliar dalam menghadapi krisis pangan ini,” tutur Sri Mulyani.
Ia menjelaskan, pendanaan serupa pernah terjadi saat Presidensi G20 terjadi di Roma. Anggota G20 berkomitmen untuk menyediakan dana sebesar US$ 100 miliar dukungan anggaran, sehingga bisa diakses negara yang menghadapi krisis finansial dan pangan. Juga kontribusi seperti World Food Programme.
Baca Juga: Langkah Nyata G20 Gotong Royong Antisipasi Mendanai Pandemi Berikutnya Selain itu, Sri Mulyani juga telah berdiskusi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) yang menyatakan bahwa mereka memiliki inisiatif untuk menghadapi gejolak pangan ini, termasuk dalam hal ini dengan menggunakan realokasi Special Drawing Rights (SDR). Adapun, fokus pembahasan isu pangan berkaitan dengan nutrisi dan pupuk. Dinamika geopolitik internasional, terutama perang Rusia-Ukraina, menjadi salah satu penyebab tingginya harga bahan pupuk dunia. Sehingga, hal itu berdampak pada meningkatnya harga pupuk di tingkat nasional maupun global. Sri Mulyani juga turut mendorong Food and Agriculture Organization (FAO) dan Bank Dunia untuk memetakan seluruh respons kebijakan secara global. Karena ketika tidak ada kolaborasi secara keseluruhan, serta kesamaan data dan dashboard, maka akan menyebabkan tumpang tindih, juga bisa menyebabkan adanya titik krusial yang tidak tertangani. Sehingga, dengan memiliki dukungan dari FAO dan Bank Dunia, maka bisa memetakan dan menguji bagaimana respons kebijakan di setiap negara, atau regional, diterapkan ke global, dan bisa bisa mengidentifikasi area mana yang masih perlu tambahan fokus. Sebelumnya, Presiden Bank Dunia David Malpass mengatakan, dari dana US$ 30 miliar tersebut, akan mencakup US$ 12 miliar dalam proyek-proyek baru dan lebih dari US$ 18 miliar dari proyek-proyek terkait pangan dan gizi yang sudah ada yang telah disetujui tetapi belum dicairkan.
Baca Juga: Butuh Dana Besar untuk Transisi Energi, Sri Mulyani Minta Bantuan IMF "Kenaikan harga pangan berdampak buruk bagi mereka yang paling miskin dan paling rentan. Untuk menginformasikan dan menstabilkan pasar, sangat penting bahwa negara-negara membuat pernyataan yang jelas sekarang tentang peningkatan produksi di masa depan sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina,” ujarnya. Bank Dunia mengatakan, proyek-proyek baru diharapkan untuk mendukung pertanian, perlindungan sosial untuk melindungi dampak dari harga pangan yang lebih tinggi pada orang miskin, dan proyek-proyek air dan irigasi. Mayoritas sumber daya ini akan difokuskan ke Afrika dan Timur Tengah, Eropa Timur dan Asia Tengah, dan Asia Selatan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi