Sri Mulyani Beberkan Risiko Global dan Dampaknya pada Perekonomian Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia nampaknya masih harus berjalan di jalan terjal dalam membangun perekonomian. Pasalnya, masih ada beberapa tantangan global baik jangka pendek dan panjang yang harus diantisipasi. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani menjabarkan, risiko perekonomian dunia terkini datang dari pengetatan kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) dan juga bank sentral Uni Eropa maupun Inggris. 

Selain itu, ada terkait peralihan kebijakan China, disrupsi suplai, dan bahkan potensi stagflasi di berbagai negara. 


“Belum lagi ada risiko lainnya seperti keberlanjutan pandemi Covid-19, bekas luka dari Covid-19, tensi geopolitik, pengendalian utang di negara berkembang, dan perubahan iklim,” tutur Sri Mulyani, Senin (24/1). 

Baca Juga: Sri Mulyani Tetapkan Pradana Murti Jadi Direksi Baru Sarana Multi Infrastruktur (SMI)

Nah, dari berbagai dampak ini, Sri Mulyani kemudian memetakan beberapa dampak yang bakal dirasakan oleh Indonesia. 

Pertama, peningkatan volatilitas pasar keuangan. Dalam hal ini ada risiko hengkangnya arus modal asing ke aset yang dirasa lebih aman (safe haven), penguatan dollar AS diikuti depresiasi mata uang negara berkembang termasuk rupiah. 

Kemudian kenaikan imbal hasil surat utang termasuk Surat Berharga Negara (SBN) hingga penurunan harga saham. 

Kedua, adanya pemulihan yang tidak merata sehingga dampaknya nanti pada perlambatan pertumbuhan global yang tentunya akan dirasakan oleh Indonesia. 

Baca Juga: Airlangga Hartarto Pastikan Tidak Ada Anggaran PEN untuk Ibu Kota Baru di 2022

Dalam hal ini, terganggunya rantai pasok dalam negeri yang bisa berdampak pada industri pengolahan, juga penurunan permintaan terhadap barang ekspor dari mitra dagang. 

Ketiga, potensi inflasi impor (imported inflation). Dalam hal ini akan ada kenaikan harga komoditas energi dan pangan yang berpotensi mendorong inflasi dan subsidi, naiknya biaya bahan baku, serta kenaikan biaya impor produsen. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli