KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah lembaga internasional memproyeksi ekonomi dunia melanjutkan pelemahan pada 2023, bahkan ada risiko terjadinya resesi global. Hal ini dikarenakan banyak negara yang ekonominya melemah, terutama seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, saat ini kondisi ekonomi AS dan Eropa sedang tidak baik-baik saja. Kedua wilayah dengan perekonomian yang besar itu tengah sulit usai tertekan pandemi dan konflik geopolitik. "Bahkan Inggris yang selama ini dianggap sebagai negara kuat, situasi ekonominya sedang tidak baik-baik saja," ujar ujarnya saat dalam Kuliah Umum: Kondisi Ekonomi dan Fiskal Indonesia di Tahun Politik, Jumat (3/1/2023).
Baca Juga: Sri Mulyani: Anggaran Pemilu Tahun 2024 Sedang Diproses Ia menuturkan, tingginya harga komoditas energi dan pangan membuat terjadinya lonjakan inflasi di seluruh negara, termasuk AS yang sempat mencapai 9,1% dan Eropa yang pernah mencapai 10,6%. Alhasil, bank-bank sentral berupaya menekan lonjakan inflasi dengan menaikkan suku bunga. Bank sentral AS telah menaikkan suku bunga 450 basis poin ke kisaran 4,5%–4,75%. Sementara bank sentral Eropa kini suku bunganya berada di level 3%, terus naik dari biasanya di level nol persen. Tren kenaikan suku bunga tersebut pada akhirnya melemahkan perekonomian AS dan Eropa. Menurut Sri Mulyani, kondisi AS dan Eropa berbeda dengan Indonesia, di mana pandemi mampu terkendali dan laju inflasi cukup moderat yakni 5,51% pada 2022.
Baca Juga: Sri Mulyani: Mahasiswa dan Ibu Rumah Tangga Pembeli Terbanyak Surat Utang Negara Tercermin pula dari pertumbuhan ekonomi di tiga kuartal 2022 yang tumbuh di kisaran 5%. "Jadi kalau tadi disebutkan Indonesia situasinya tidak baik-baik saja, mungkin saya koreksi, yang tidak baik-baik aja di sana (AS dan Eropa)," kata dia. Ia mengungkapkan, lonjakan inflasi saat ini memang menjadi permasalahan di seluruh dunia. Permintaan (demand) yang tinggi setelah terkendalinya pandemi secara global, ternyata tak mampu mengimbangi ketersediaan pasokan (supply). Ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan itu membuat terjadinya kenaikan harga-harga. Kenaikan ini diperparah dampak perang Rusia-Ukraina yang menggangu rantai pasok global.
Baca Juga: Sri Mulyani Tegaskan APBN Bisa Didesain Tidak Defisit, Tapi Ini Konsekuensinya "Makanya, perang geopolitik di Ukraina, menimbulkan rambatan dalam bentuk krisis energi dan pangan, pengaruhnya ke seluruh dunia, harga-harga naik, memperburuk inflasi yang sudah naik akibat disrupsi pasca-pandemi," jelasnya.
Sri Mulyani pun mengatakan, komplikasi persoalan ekonomi global tersebut harus dihadapi oleh seluruh negara, tak terkecuali Indonesia. Oleh sebab itu, ia memastikan, pemerintah bakal terus mewaspadai perkembangan global ke depannya. "Untuk Indonesia kita terus mewaspadai perkembangan pasca-pandemi tersebut. PPKM sudah disetop dan kita mulai hidup baru, imunitas masyarakat akan tetap dimonitor secara baik karena kita tetap harus waspada," tutupnya. Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "
Sri Mulyani: Bukan RI yang Situasinya Tidak Baik-baik Saja, tapi AS dan Eropa", Penulis : Yohana Artha Uly Editor : Yoga Sukmana Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Noverius Laoli