Sri Mulyani: Hilirisasi sawit penting untuk meningkatkan nilai tambah ekspor



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, hilirasi sawit sangat penting untuk meningkatkan nilai tambah ekspor, karena komoditas sawit menjadi andalan ekspor Indonesia.

“Semakin hilir meningkat, nilai tambahnya semakin besar sehingga jika diekspor pastinya mendatangkan devisa yang lebih besar yang bisa dipergunakan bagi kesejahteraan Indonesia,” kata Sri Mulyani dalam 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook di Jakarta, Rabu (1/12).

Ia menilai, komoditas sawit memiliki potensi yang sangat besar sebagai bahan baku industri dan diolah untuk menjadi produk-produk industri lainnya.


“Hanya saja, hilirisasi produk kelapa sawit Indonesia belum terkembang. Karena itu, Presiden meminta fokus kebijakan pemerintah pada sektor ini adalah mengembangkan nilai tambah dari produk kelapa sawit melalui hilirisasi,” ujar Sri Mulyani.

Baca Juga: Pemerintah hemat devisa hingga Rp 176 triliun berkat program biodiesel

Selain meningkatkan pendapatan negara, Sri Mulyani mengatakan, dengan adanya hilirisasi, maka akan meningkatkan kesejahteraan petani sawit serta pelaku sektor perkebunan sawit lain. Menurutnya, sawit berperan penting, tidak hanya bagi perekonomian tapi juga pada kesejahteraan masyarakat.

Dalam catatannya, saat ini jumlah tenaga kerja yang terlibat langsung dalam sektor perkebunan ini sebagai petani sebanyak 4,2 juta orang. Sedangkan, sebanyak 12 juta tenaga kerja terlibat secara tidak langsung dengan produk kelapa sawit.

Dalam kesempatan tersebut, Sri Mulyani juga meminta Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) untuk mendorong ditingkatkannya produktivitas petani sawit mandiri.

Hal ini karena sebagian besar perkebunan kelapa sawit dimiliki petani mandiri yang lahannya terbatas dan produktivitasnya lebih rendah dibandingkan perusahaan swasta sawit besar. "Ini tugas BPDPKS untuk membantu petani mandiri dari sisi replanting dan produktivitas sawit per hektarnya sehingga bisa meningkat kesejahteraan petani sawit," kata Menkeu.

Sri Mulyani juga mengungkapkan, sumbangan devisa dari sektor ini sebanyak US$ 21,4 miliar, atau lebih dari 14% dari total penerimaan devisa ekspor non migas. "Kami juga menggunakan sawit untuk mengatasi ketergantungan pada impor minyak melalui program biodiesel," imbuh Sri Mulyani.

Baca Juga: Harga referensi CPO naik jadi US$ 1.365,99 per metrik ton pada Desember 2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Khomarul Hidayat