Sri Mulyani: Indonesia Butuh Rp 3.500 Triliun untuk Transisi Energi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kembali menyuarakan tentang perlunya dunia untuk mendukung proses transisi menuju energi bersih pada agenda Berlin Global Dialogue (BGD).

Ia mengatakan, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki komitmen tinggi untuk menurunkan emisi. Untuk itu, Indonesia memerlukan dukungan pendanaan dari berbagai sumber terutama untuk mendukung transisi menuju energi bersih.

"Pendanaan yang diperlukan mencapai Rp 3.500 triliun atau sekitar US$ 246 miliar untuk mencapai target penurunan emisi di sektor energi," ujar Sri Mulyani dalam keterangan resminya, dikutip Minggu (1/10).


Baca Juga: Bank yang Ikut Borong Unit Karbon di Pembukaan Pasar

Menkeu menegaskan bahwa saat ini pemerintah Indonesia dengan kapasitas fiskal yang sehat telah menyediakan berbagai perangkat, termasuk regulasi dan dukungan fiskal, agar proses transisi energi hijau tersebut dapat direalisasikan di Indonesia.

Pemerintah Indonesia secara proaktif telah melaksanakan berbagai langkah kebijakan guna mendorong partisipasi swasta dalam agenda perubahan iklim global, termasuk memperkenalkan berdirinya pasar karbon pada tanggal 26 September 2023 yang lalu.

Proses transisi energi tersebut hendaknya memenuhi aspek adil dan terjangkau bagi semua pihak, termasuk bagi perekonomian nasional yang harus tetap terus bertumbuh untuk mencapai posisi sebagai negara maju. Untuk itu, komitmen dukungan pendanaan dari internasional dan swasta perlu segera direalisasikan.

Wanita yang kerap disapa Ani menjelaskan, dalam kancah global, khususnya forum G20 tahun lalu, Indonesia telah memperkenalkan Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform sebagai bentuk blended finance menuju transisi energi bersih di Indonesia.

Baca Juga: Ini Alasan Harum Energy (HRUM) Akuisisi Seluruh Saham Infei Metal Industry

Selain itu, Indonesia sebagai ASEAN Chairman tahun 2023 ini juga telah mengeluarkan ASEAN Green Taxonomy versi 2, yang memasukkan penghentian awal Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai jenis investasi hijau.

Saat ini, berbagai komitmen internasional termasuk dari Climate Investment Fund (CIF) sebesar USD500 juta, dan Just Energy Transition Partnership (JETP) sebesar USD20 miliar belum dapat direalisasikan sepenuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi