Sri Mulyani: Indonesia Tak Hanya Bergantung pada Kebijakan Moneter Guna Tekan Inflasi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan inflasi terjadi di berbagai belahan dunia. Ini direspon dengan kenaikan suku bunga acuan oleh para bank sentral agar inflasi tak bergerak liar. 

Indonesia menjadi salah satu negara yang mengalami kenaikan inflasi. Terpantau hingga November 2022, inflasi bergerak di level 5,42% secara tahunan atau lebih tinggi dari batas atas target yang sebesar 4%. 

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, dalam menekan inflasi, Indonesia tak hanya bergantung pada kebijakan moneter saja. 


Baca Juga: Tahun Pemilu, Pemerintah Diprediksi Tak Akan Naikkan Harga BBM Tahun Depan

“Dalam menekan inflasi, kami ini tidak hanya bergantung pada instrumen moneter saja. Namun, kami gunakan instrumen fiskal juga,” tutur Sri Mulyani dalam acara Bank Dunia, Kamis (15/12) di Jakarta. 

Memang, Bank Indonesia (BI) merespon kenaikan inflasi dari segi kenaikan permintaan, dengan menaikkan suku bunga acuan. 

Namun, Sri Mulyani sadar inflasi ini juga datang dari sisi suplai. Baik itu karena disrupsi rantai pasok global, maupun terjadi kendala suplai di dalam negeri. 

BI bekerjasama dengan pemerintah, melakukan identifikasi masalah inflasi dari sisi suplai maupun produksi. Dari pantauan mereka, yang menjadi sorotan adalah inflasi pangan. 

Baca Juga: ADB Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 4,8% di Tahun 2023

Kenaikan inflasi pangan, beberapa karena kendala logistik dan distribusi. Namun, beberapa juga karean kesenjangan suplai. 

Dengan identifikasi tersebut, pemerintah mengaku lebih mudah untuk menentukan langkah pengendalian. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi