Sri Mulyani kembali cetuskan cukai minuman berpemanis, pengusaha menjerit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati kembali mencetuskan wacana pengenaan cukai terhadap minuman berpemanis. Di hadapan Komisi XI DPR RI, dirinya menilai kebijakan fiskal tersebut mampu menambah penerimaan negara, khususnya cukai.

“Barangkali nanti DPR bisa mendukung pemerintah untuk mulai mengekspansi basis dari cukai kita, terutama minuman berpemanis atau yang lain,” kata Menkeu Sri Mulyani saat Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR RI, Rabu (27/1).

Wakil Ketua Umum Kebijakan Publik dan Hubungan Antar Lembaga Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPPMI) Rachmat Hidayat mengatakan pihaknya menolak rencana penerapan cukai untuk minuman berpemanis. Rahmat menilai, kebijakan itu hanya beralasan untuk mendongkrak penerimaan negara, bukan pengendalian konsumsi.


Baca Juga: Harapan Jokowi terhadap dewan pengawas INA yang baru dilantik

Kata Rachmat, berdasarkan kajian asosiasi dan pemerintah penyebab penyakit akibat konsumsi gula didominasi oleh pola konsumsi berlebih masyarakat sehari-hari. Misalnya, terlalu banyak menaruh gula dalam minuman atau makanan. Bukan secara spesifik disebabkan oleh minuman mengandung karbonasi.

“Pengenaan cukai tidak efektif untuk kesehatan, karena pola konsumsi mereka yang perlu dibenahi dan rencana kebijakan ini kalau diimplementasikan sensitif sekali terhadap penurunan kemampuan daya beli, karena harganya bakal lebih mahal,” kata Rachmat kepada Kontan.co.id, Rabu (27/1).

Dampak lainnya, kebijakan cukai akan mencekik ekosistem industri minuman berpemanis. Termasuk petani gula atau tebu. Otomatis, harga gula akan naik, secara keseluruhan, bukan hanya gula untuk bahan baku minuman berpemanis.

Baca Juga: Sri Mulyani minta restu DPR terapkan cukai minuman berpemanis

Terlebih saat ini, kata Rachmat pemerintah memberlakukan pemberhentian impor gula, sehingga dari sisi bahan baku industri pun akan kelimpungan. “Jadi cukai ini bukan obatnya, tapi edukasi terhadap pola konsumsi individunya. Menerapkan cukai minuman berpemanis saat ini mudharat-nya besar,” kata Rachmat.

Editor: Tendi Mahadi