KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Keuangan terus mewaspadai potensi kenaikan harga minyak dan gas global, imbas memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kenaikan harga minyak dan gas global akan berimbas pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan akan mengganggu kondisi perekonomian serta mengerek inflasi. “Kita masih perlu waspada pada kemungkinan border distraction dari rantai pasok, terutama untuk minyak dan gas. Karena memang kondisi di sana (Iran dan Israel) masih sangat memanas, dan kecenderungan harga minyak yang tinggi berarti akan mempengaruhi baik APBN dan perekonomian kita, juga menyebabkan tekanan dan inflasi,” tutur Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA, Jumat (26/4). Adapun Sri Mulyani menyampaikan, saat ini tensi geopolitik belum juga belum menurun dan cenderung meningkat imbas memanasnya konflik Iran dan Israel. Ketegangan tersebut, lanjutnya akan menciptakan risiko yang cukup dalam terhadap perekonomian global.
Sri Mulyani: Kenaikan Harga Minyak dan Gas Berdampak Pada APBN dan Ekonomi Indonesia
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kementerian Keuangan terus mewaspadai potensi kenaikan harga minyak dan gas global, imbas memanasnya konflik geopolitik di Timur Tengah. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, kenaikan harga minyak dan gas global akan berimbas pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan akan mengganggu kondisi perekonomian serta mengerek inflasi. “Kita masih perlu waspada pada kemungkinan border distraction dari rantai pasok, terutama untuk minyak dan gas. Karena memang kondisi di sana (Iran dan Israel) masih sangat memanas, dan kecenderungan harga minyak yang tinggi berarti akan mempengaruhi baik APBN dan perekonomian kita, juga menyebabkan tekanan dan inflasi,” tutur Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA, Jumat (26/4). Adapun Sri Mulyani menyampaikan, saat ini tensi geopolitik belum juga belum menurun dan cenderung meningkat imbas memanasnya konflik Iran dan Israel. Ketegangan tersebut, lanjutnya akan menciptakan risiko yang cukup dalam terhadap perekonomian global.