Sri Mulyani optimistis penerimaan negara lampaui Rp 8 triliun dari target 2018



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit anggaran dalam APBN 2018 diperkirakan lebih rendah dari target menjadi alasan utama pemerintah tak mengajukan APBN Perubahan (APBN-P) ke DPR. Rendahnya defisit anggaran tersebut, didorong oleh meningkatnya pendapatan negara.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan, dengan kalkulasi faktor-faktor yang dihadapi saat ini, salah satunya kurs rupiah di semster kedua, pendapatan negara dalam APBN 2018 bisa mencapai 100% dari target. "Atau ada Rp 8 triliun yang lebih tinggi yang berasal dari kombinasi PNBP (penerimaan negara bukan pajak) dan pajak," kata dia usai rapat paripurna di DPR, Selasa (10/7).

Jika penerimaan negara tahun ini kelebihan Rp 8 triliun, maka total realisasinya akan mencapai Rp 1.902,7 triliun. Sayangnya, tak memperinci masing-masing outlook PNBP dan penerimaan pajak akhir tahun. "Nanti kalian akan mengganggu elemen surprise dari laporan semester saya," tandas Sri Mulyani.


Direktur Penyusunan APBN Direktorat Jenderal (Ditjen) Anggaran Kementerian Keuangan (Kemkeu) Kunta Nugraha menyebut, peningkatan PNBP tersebut didorong oleh peningkatan pada PNBP sumber daya alam (SDA). Sayangnya, ia juga tak memperinci berapa jumlahnya.

Namun, Ditjen Anggaran pernah menghitung, realisasi PNBP hingga akhir 2018 bisa mencapai Rp 352,8 triliun, jauh lebih tinggi dari target Rp 275 triliun. Hal itu dengan asumsi rata-rata ICP 2018 mencapai US$ 70 per barel dan rata-rata kurs rupiah mencapai Rp 13.800 per dollar AS.

Rencananya, Kemkeu akan menyerahkan laporan semester pertama ke DPR pada 13 Juli mendatang. Sri Mulyani bilang, tak hanya realisasi APBN semester pertama 2018, laporan tersebut juga mencakup kajian terhadap keseluruhan APBN 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia