Sri Mulyani optimistis perekonomian tumbuh 5,2% sampai akhir tahun ini



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian Indonesia mendapatkan ujian sejak memasuki semester pertama tahun ini. Normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) telah berimbas terhadap gejolak perekonomian global.

Lalu bagaimana kondisi ekonomi Indonesia saat ini? Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis laju ekonomi Indonesia masih mampu untuk tumbuh.

"Walaupun demikian, sampai hari ini dari sisi pertumbuhan ekonomi, Indonesia masih mencatat suatu momentum yang sangat positif. Semester pertama kuartal satu pertumbuhan ekonomi Indonesia di 5,17% bahkan di kuartal dua di 5,27% hal itu didukung oleh semua sisi demand, investment, pengeluaran pemerintah, meskipun impor juga menanjak," ujar Sri Mulyani Rabu (3/10).


Jika diproyeksikan, pada kuartal tiga perekonomian Indonesia masih akan tumbuh di atas 5,17% dan pada kuartal empat dinamika masih akan tetap, jadi secara keseluruhan sampai akhir tahun nanti perekonomian Indonesia diharapkan masih di angka 5,2%.

Tetapi tidak hanya pertumbuhan saja yang meningkat cukup kuat, hal ini dapat dilihat juga dari isu-isu struktural yang ada.

Seperti halnya angka pengangguran saat ini 5,13% dan angka kemiskinan 9,8% yang merupakan angka terendah jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Serta inflasi yang tetap terjaga 2,88% pada bulan September 2018.

"Sampai dengan lima tahun terakhir Indonesia tetap masih akan bisa menstabilkan inflasi di kisaran angka 3,5%, terutama dari barang-barang volatile food dan administered price," ujarnya.

Untuk dari kebijakan fiskalnya sendiri, sampai dengan akhir bulan September sampai Oktober 2018 kondisi anggaran pendapatan belanja negara (APBN) dinilai berada di kondisi yang sangat baik.

Defisit dari APBN saat ini berada di posisi 1%. "Defisit APBN di angka 1% merupakan angka terendah jika dilihat dari tahun 2013," ujar Sri Mulyani.

Serta, primary balance September 2018 positif Rp 11,6 triliun, sedangkan primary balance pada bulan September 2017 negatif Rp 8,4 triliun.

"Fiskal Indonesia di dalam struktur perubahan, hal ini menempatkan Indonesia dalam posisi yang cukup baik, melihat gejolak dari dinamika yang harus ditangani pemerintah saat ini," ujarnya.

Ditambah dengan adanya penerimaan negara yang tumbuh cukup kuat sebesar 18,5%. Hal itu dari penerimaan negara bukan pajak Indonesia yang pertumbuhannya sebesar 18,4%. Sedangkan untuk penerimaan pajak Indonesia sebesar 16,5%.

Dengan ruang fiskal dan moneter yang diciptakan atau yang terus dijaga, Indonesia ke depannya akan bisa memanfaatkan instrumen ini untuk menjaga perekonomian Indonesia dalam situasi yang dinamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto