KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis peringkat kredit Indonesia pada tahun depan dapat meningkat. Hal ini dengan mempertimbangkan kondisi fiskal dan makroekonomi yang baik serta pertumbuhan ekonomi pada tahun depan yang tetap terjaga. "Kita optimis Rating and Investment Information Inc (R&I) akan memberikan kenaikan peringkat di tahun depan, dengan melihat kondisi fiskal dan makroekonomi yang baik, serta komitmen pemerintahan berikutnya dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil,” ujar Sri Mulyani dalam keterangan resminya, Rabu (2/10).
Pada Senin (30/9) lalu, R&I menegaskan peringkat
sovereign credit rating Indonesia pada BBB+ dengan outlook positif.
Baca Juga: R&I Pertahankan Peringkat Utang RI di Level BBB+, Begini Kata Menkeu Sri Mulyani Hasil yang diberikan oleh R&I ini menunjukkan bahwa fundamental ekonomi Indonesia kuat, didukung peningkatan pendapatan per kapita, demografi dan sumber daya alam yang melimpah, sektor manufaktur yang terus berkembang, serta pengelolaan kebijakan fiskal yang
prudent dengan beban utang pemerintah yang relatif terkendali. Selain itu, R&I menilai perekonomian Indonesia pada tahun 2023 mampu tumbuh solid di atas 5% melanjutkan kinerja sejak tahun 2022. Sementara pada tahun 2024 ini, pertumbuhan masih menguat pada semester pertama dan diperkirakan akan tetap berada di kisaran 5% sampai akhir tahun. Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan PDB riil Indonesia pada kisaran 5,0%-5,2% di 2024 dengan sinergi bersama Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas harga dan tingkat inflasi. “Penilaian positif dari R&I menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia selalu berkomitmen untuk mempercepat transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," katanya.
Baca Juga: BI Ungkap Risiko Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia Sebelumnya, Sri Mulyani berharap peringkat kredit Indonesia bisa meningkat menjadi single A. Tetapi Sri Mulyani mengatakan bahwa untuk menuju level tersebut maka rasio pajak alias
tax ratio Indonesia harus diperbaiki. Maklum,
tax ratio Indonesia saat ini masih belum membaik dan rendah dibandingkan negara lain seperti G-20.
"Kami berharap suatu saat Indonesia bisa segera mencapai single A. Salah satu (syarat) untuk menjadi Single A adalah kalau kita bisa perbaiki
tax ratio. Dan itu adalah suatu kerja keras," ujar Sri Mulyani dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR RI, Kamis (6/6). Sri Mulyani menyebut, meski kondisi ekonomi Indonesia dihantam oleh pandemi Covid-19, fluktuasi harga komoditas serta belanja infrastruktur yang meningkat namun posisi peringkat kredit Indonesia masih relatif positif stabil. "Indonesia dari sisi kredit rating walaupun terhantam oleh pandemi, harga komoditas naik turun, kita belanja untuk membangun infrastruktur kita melakukan banyak sekali, namun Indonesia kredit ratingnya itu relatif positif stabil," katanya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati