Sri Mulyani: Pemulihan Ekonomi Dihantui Empat Tantangan Global yang Harus Diwaspadai



KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Menteri Keuangan  Sri Mulyani menyebut di tengah pemulihan ekonomi dalam negeri tantangan ekonomi ke depan juga harus diwaspadai. 

Ada empat tantangan utama dalam perekonomian. Yakni inflasi, kenaikan suku bunga, pengetatan likuiditas serta pertumbuhan ekonomi yang melemah.  

"Dari tiga tantangan ekonomi dari global tiga berkaitan. Inflasi tinggi menyebabkan suku bunga tinggi, efeknya pertumbuhan ekonomi melemah. Tiga hal ini akan sangat mempengaruhi environment dari ekonomi dunia termasuk Indonesia," kata Menkeu dalam Konferensi Pers: APBN KITA, Senin (23/5).


Merujuk data, pada kuartal I 2022, banyak negara masih mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang positif, namun sebagian dalam tren melambat akibat terjadinya  perang Rusia dan Ukraina, gelombang penyebaran virus Covid-19 varian Omicron, serta supply disruption.

“Nanti akan terlihat terutama di kuartal kedua, karena perang terjadi bulan Februari dan anksi diberlakukan sehingga dampaknya akan kita lihat pada bulan April, Mei dan Juni," tanda Menkeu.

Di beberapa negara, kata Sri Mulyani sudah mengalami penurunan pemulihan ekonomi yang cukup konsisten berdasarkan across region. Hong kong mengalami penurunan dalam pertumbuhan ekonomi di kuartal I terkontraksi 4%, lalu Meksiko tumbuh 1,6 %, Taiwan 3, 1%, Korea 3,1 %, Singapura 3,4 %. 

Baca Juga: Realisasi Perlindungan Sosial Mencapai Rp 129 triliun Hingga April 2022

"Amerika Serikat mengalami penurunan tajam 3,6%. Jerman masih relatif kuat, namun dengan adanya perang di Ukraina diprediksi tekanan di kuartal kedua baru terlihat. China menurun tajam 4,8%," imbuhnya.

Dari dalam negeri, Indonesia mulai pulih dengan tumbuh 5,01% pada kuartal I 2020. Laju ekspansi manufaktur Indonesia menguat di level 51,9% seiring dengan kondisi ekonomi domestik yang baik.

Sementara ekspansi manufaktur global masih berlanjut, tapi sedikit melambat di bulan April 2022. Perlambatan ini karena restriksi COVID-19 ketat di Tiongkok, tensi geopolitik, disrupsi supply chain, dan kenaikan tekanan inflasi.

Inflasi melonjak tinggi di negara Brasil, bahkan sudah mencapai 12,1%, Rusia 17,8%, Amerika Serikat di 8,4%, Inggris 9%. "Ini semua tingkat inflasi tertinggi dalam hampir 40 tahun terakhir di negara advance," ujarnya.

Baca Juga: Kemenkeu Catat Realisasi Belanja Modal Per April 2022 Capai Rp 33,4 Triliun

Negara emerging seperti India juga harus berhadapan dengan inflasi tinggi, seperti India 7,8%, Korea 4,8%, Afrika Selatan 5,9%, dan Meksiko 7,7%. Efek tingginya inflasi, kata Sri Mulyani, di banyak negara yang akan meningkatkan suku bunga atau interest rate, terutama di negara berkembang atau emerging. "Ini sebagai upaya agar inflasinya terjaga dan interest rate tidak negatif, karena lebih tinggi inflasi dibandingkan dengan interest rate," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Titis Nurdiana