Sri Mulyani: Peringkat ekonomi Indonesia di atas rata-rata Negara Asia Tenggara



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, peringkat ekonomi Indonesia berada di atas rata-rata negara-negara di Asia Tenggara. Hal ini tercermin dari realisasi pertumbuhan ekonomi tahun lalu.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, realisasi pertumbuhan ekonomi Indonesia minus 2,07% year on year (yoy) di 2020. Kontraksi tersebut lebih baik dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi di Asean berdasarkan data Asian Development Outlook pada April 2021 yang kontraksi 4% yoy. 

Sri Mulyani menyebut, pencapaian tersebut diperoleh sejalan dengan respon pemerintah untuk mengatasi dampak pandemi virus corona dengan mengambil langkah extraordinary, yakni memberikan stimulus ekonomi dan keuangan dalam merespon kejadian tak terduga ini.


Kebijakan tersebut utamanya diarahkan untuk menangani dampak kesehatan dari pandemi Covid-19 serta memulihkan perekonomian nasional. Pemerintah bergerak cepat dengan menjalankan Program Penanganan Pandemi Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) dengan anggaran Rp 695 triliun.

Baca Juga: Neraca perdagangan Indonesia bulan Juni 2021 surplus US$ 1,32 miliar

Untuk menjaga daya tahan fiskal akibat tambahan belanja negara akibat pandemi, pemerintah bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) dalam penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) khusus melalui skema burden sharing.

SBN ini terutama digunakan untuk pendanaan klaster kesehatan, perlindungan sosial, dukungan kepada Kementerian Negara/Lembaga dan Pemerintah Daerah, dukungan kepada UMKM dan untuk pembiayaan korporasi, serta secara khusus untuk pencadangan pengadaan vaksin bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Berbagai kebijakan tersebut pada akhirnya berhasil menahan laju kontraksi pertumbuhan ekonomi tahun 2020 menjadi minus 2,07% dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang memiliki level moderat terdampak pandemi Covid-19," kata Sri Mulyani saat Rapat Paripurna Laporan APBN 2020, Kamis (15/7).

Menkeu menekankan sinergi yang kuat antara pengelola fiskal, moneter dan sektoral telah dapat meminimalkan dampak risiko global terhadap perekonomian nasional. Sehingga stabilitas ekonomi makro di dalam negeri tetap terjaga.

Adapun dengan kinerja pertumbuhan ekonomi tahun 2020, angka Produk Domestik Bruto tahun 2020 mencapai Rp 15.434,2 triliun, atau sedikit lebih rendah dibandingkan tahun 2019 sebesar Rp 15.833,9 triliun.

Selanjutnya: Duh, jumlah orang miskin hingga Maret 2021 bertambah 1,12 juta dibanding Maret 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari