KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2021 akan berada di rentang batas bawah 4% dan batas atas 5,7%
year on year (yoy). Hal ini tak terlepas dari momentum pemulihan ekonomi yang telah berlangsung di periode sebelumnya. Sebab, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2021 sebesar 7,07%
year on year (yoy). Angka ini lebih tinggi dibandingkan realisasi kuartal II-2021 sebesar 5,32% yoy. “Kami berharap momentum pemulihan ekonomi akan bisa terjaga, ini hanya bisa dilaksanakan apabila pelaku ekonomi dan masyarakat ikut menjaganya,” kata Sri Mulyani saat konferensi pers, Kamis (5/8).
Pencapaian tersebut juga telah mengeluarkan Indonesia dari zona pertumbuhan ekonomi negatif. Terakhir ekonomi minus 0,74% yoy pada kuartal I-2021. “Kami masih berharap (pertumbuhan ekonomi) antara 4% sampai 5,7% untuk kuartal III. Ini sebuah tantangan karena kita hanya bisa melakukan pada
after end, apabila Delta bisa dikendalikan, dan mobilitas serta kegiatan ekonomi mulai bisa berjalan secara normal kembali,” ujar Menkeu.
Baca Juga: Konsumsi rumah tangga di kuartal II-2021 tumbuh lebih baik dibanding sebelum pandemi Prediksi Menkeu tersebut lebih tinggi daripada proyeksi sebelumnya yang hanya bertengger di level 4% yoy pada kuartal III-2021. Meski lebih percaya diri, tapi outlook pertumbuhan ekonomi kuartal III-2021 tumbuh melambat dibandingkan realisasi kuartal II-2021. Kondisi tersebut tak terlepas dari adanya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sejak 3 Juli 2021 hingga saat ini yang menyebabkan penurunan mobilitas masyarakat. Meski begitu, untuk menyokong ekonomi agar sesuai dengan prediksi pemerintah di kuartal III-2021, pemerintah akan menggunakan dana dalam program pemulihan ekonomi nasional (PEN). Kementerian Keuangan melaporkan realisasi penggunaan anggaran program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) hingga 30 Juli mencapai Rp 305,5 triliun. Angka tersebut setara 41,02% dari pagu anggaran PEN tahun ini sebesar Rp 744,75 triliun. Artinya dalam periode Agustus-Desember 2021, anggaran PEN masih tersedia sebesar Rp 439,25 triliun. “PEN kami di 2021 di dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tetap fokusnya adalah mendukung demand side, maupun dari sisi sektor produksi,” ujar Menkeu. Dari sisi demand, Menkeu mengatakan konsumsi dari rumah tangga akan didorong melalui program perlindungan sosial. Menkeu menegaskan dengan kondisi kasus Covid-19 yang masih terakselerasi terutama karena adanya varian delta, maka pemerintah telah meningkatkan bansos per 16 Juli 2021.
Baca Juga: Pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II 2021 sebesar 7,07%, ini respons anggota DPR Selain itu, konsumsi pemerintah akan turut membatu sektor usaha baik Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) maupun korporasi. Sehingga dunia usaha bisa bertahan dan tidak memutus hubungan kerja para pegawainya.
“Dan belanja pemerintah baik belanja modal, dan belanja barang yang dapat mendorong perekonomian Indonesia,” ujar Menkeu. Di sisi lain, Menkeu bilang program PEN akan maksimal mendorong ekonomi, apabila diimbangi dengan aktivitas ekonomi yang lebih tinggi. “Kami akan terus menjaga pemulihan ini terutama tidak hanya menjaga momentum, tapi juga dari sisi kenaikan aktivitas yang memang betul-betul bisa dirasakan masyarakat. Kewaspadaan kami masih sangat tinggi, terutama karena kami lihat masih ada sektor yang akan terpengaruh karena adanya covid secara sangat tidak proporsional sehingga mereka lebih rentan terhadap covid. Ada sektor yang memiliki daya tahan yang lebih tinggi, dan karenanya kami berharap itu akan terus terjaga,” ujar Menkeu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi