Sri Mulyani: Pola pengeluaran masyarakat berubah saat pandemi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, selama masa pandemi Covid-19 berlangsung terdapat perubahan pola pengeluaran rumah tangga.

Apabila merujuk pada data dari hasil Survei Sosial Demografi Dampak Covid-19 yang dikumpulkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), maka terlihat bahwa pembelian untuk bahan makanan meningkat tajam sampai dengan 51%.

Baca Juga: Virus corona belum terkendali, pelonggaran PSBB dinilai terlalu dini


"Ini mungkin karena masyarakat tidak lagi beli makanan di luar jadi memasak sendiri. Dalam hal ini, belanja kesehatan dan belanja bahan makanan sudah mencapai 71%, sedangkan yang lain yang meningkat yang cukup signifikan adalah untuk pembelian pulsa atau paket data," ujar Sri di dalam rapat virtual, Kamis (18/6).

Imbauan untuk beraktivitas dari rumah saja memang mendorong peningkatan permintaan untuk bahan-bahan pokok. Secara rinci, pola pengeluaran rumah tangga selama pandemi didominasi oleh pengeluaran untuk bahan makanan sebesar 51%.

Kemudian pengeluaran untuk kesehatan sebesar 20%, pengeluaran untuk pulsa atau paket data sebesar 14%, pengeluaran untuk makanan atau minuman jadi sebesar 8%, serta pengeluaran terendah yaitu untuk listrik sebesar 3%.

Apabila dibandingkan dengan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada Maret 2019 lalu, komponen pengeluaran untuk pulsa atau paket data dan kesehatan memang mengalami peningkatan. Untuk bahan makanan mengalami penurunan tipis, sedangkan listrik dan makanan atau minuman jadi mengalami penurunan.

Baca Juga: Ingat, mulai 1 Juli DKI larang mal, swalayan hingga pasar tradisional pakai kresek

Pada data Susenas Maret 2019, persentase pengeluaran per kapita sebulan didominasi oleh kelompok non-makanan sebesar 51% dan kelompok makanan sebesar 49%. Adapun rata-rata pengeluaran perkapita dalam sebulan adalah sebesar RP 1,16 juta.

Pada kelompok non-makanan, komponen pendukungnya adalah listrik sebesar 5,7%, kesehatan 5%, serta pulsa dan paket data sebesar 5,2%. Sementara, komponen dalam kelompok makanan didominasi oleh bahan makanan sebesar 52,5% dan makanan atau minuman jadi sebesar 35,12%.

Hasil survei sosial demografi yang dihimpun oleh BPS ini, memang memiliki sejumlah keterbatasan. Diantaranya dari metode survei dengan metode daring, serta hasilnya menggambarkan individu yang secara sukarela berpartisipasi dalam survei, sehingga tidak mewakili kondisi seluruh masyarakat Indonesia.

Jadi, meskipun ada beberapa komponen yang terlihat mengalami penurunan, hasilnya belum mewakili seluruh masyarakat yang terdampak pandemi.

Baca Juga: Zona merah corona di Jawa Timur Terus berkurang, tinggal sisa tujuh wilayah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi