KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi pada semester I 2021 berkisar 3,1% hingga 3,3% year on year (yoy). Angka tersebut lebih baik dari realisasi pertumbuhan ekonomi di semester I 2020 lalu yang minus 1,26% secara tahunan.\ Sri Mulyani menyebut, perkiraan pertumbuhan ekonomi yang positif itu terjadi lantaran denyut ekonomi yang lebih baik dibandingkan periode sama tahun lalu. Meskipun ekonomi pada kuartal I 2021 minus 0,74%, tapi di kuartal II 2021, Sri Mulyani memprediksi akan tumbuh 7,1%-7,5% yoy. Walaupun lebih rendah dari prediksi kuartal II-2021 sebelumnya yakni 7,1%-8,3% yoy, Sri Mulyani memastikan pertumbuhan ekonomi kuartal II-2021 tetap akan menopang ekonomi semester I-2021 sehingga bisa masuk ke zona positif.
Selain pertumbuhan ekonomi, Menkeu melaporkan sejumlah indikator makroekonomi di sepanjang semester I 2021. Inflasi dilaporkan sebesar 1,33% yoy atau lebih rendah dari outlook akhir 2021 sebesar 3% yoy. Lalu, suku bunga surat berharga negara (SBN) sepuluh tahun sebesar 6,95%, di bawah asumsi akhir 2021 sebesar 7,2%. Baca Juga: Ada PPKM Darurat, Sri Mulyani turunkan target pertumbuhan ekonomi kuartal III 2021 Kemudian, nilai tukar rupiah tercatat mencapai Rp 14.299 per dollar Amerika Serikat (AS) sepanjang semester I 2021, atau lebih rendah dari asumsi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021 sebesar Rp 14.600 per dolar AS. Lalu, untuk harga minyak tercatat sebesar US$ 62 per barel, lebih tinggi dari asumsi pemerintah yakni US$ 45 per bare. Namun, lifting minyak turun menjadi 663 ribu barel per hari, dari asumsi 705 ribu barel per hari. Sementara, lufting gas bumi masih sesuai dengan asumsi yakni 1.007 setara ribu barel per hari.