Sri Mulyani Sebut 3 Tantangan Berat Menuju Pemulihan Ekonomi Indonesia



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pemulihan ekonomi Indonesia sudah terlihat. Namun, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengingatkan agar Indonesia tak jemawa. Pasalnya, masih ada momok yang menghantui progres pemulihan ekonomi ke depan. 

Bendahara negara mengatakan, setidaknya ada tiga tantangan berat. Pertama, inflasi yang tinggi. Kedua, sebab dari inflasi tinggi adalah peningkatan suku bunga kebijakan sehingga suku bunga menjadi tinggi. Ketiga, potensi pertumbuhan ekonomi yang melemah. 

“Jadi dunia ini dihadapkan pada 3 challenges (3 tantangan). Dan ini sama beratnya,” tegas Sri Mulyani dalam paparan APBN KiTa, Senin (23/5) via video conference. 


Namun, sejauh ini, dirinya melihat kondisi inflasi dalam negeri masih bisa dikendalikan. Meski, pada awal bulan ini, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kondisi inflasi dalam negeri sebesar 3,47% yoy atau bahkan relatif meningkat dibandingkan 24 bulan ke belakang dan hampir mendekati batas atas sasaran pemerintah.

Baca Juga: Pembiayaan Utang Turun 62,4% pada April 2022, Ini Komentar Sri Mulyani

Walaupun meningkat, Sri Mulyani mengklaim pemerintah sudah memberikan yang terbaik untuk menjaga stabilitas harga, dengan tidak meneruskan semua kenaikan harga-harga global kepada masyarakat. Langkah ini pun mengandung konsekuensi pembengkakan belanja negara dari peningkatan belanja subsidi. 

Sedangkan dari sisi pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya masih cukup mumpuni. Pada kuartal I-2022, pertumbuhan ekonomi dalam negeri berhasil mencapai 5,01% yoy.

Negara-negara lain harus mengalami pertumbuhan yang tidak setinggi Indonesia, seperti Meksiko hanya tumbuh 1,6% yoy, Taiwan 3,1% yoy, Korea 3,1% yoy, Singapura 3,4% yoy. Sedangkan Hong Kong harus turun 4% yoy, dan Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan tajam 3,6% yoy. 

Kondisi pertumbuhan negara-negara tersebut juga disebabkan oleh perang antara Ukraina dan Rusia, gelombang Covid-19 varian Omicron, serta disrupsi suplai. 

Baca Juga: Hingga April 2022, Surplus APBN Mencapai Rp 103,1 Triliun

Lebih lanjut, Sri Mulyani juga menduga pertumbuhan pada kuartal II-2022 mungkin akan lebih menemui tantangan akibat risiko-risiko tersebut. Terlebih, bila ekskalasi perang Ukraina dan Rusia masih membara dan sanksi terhadap Rusia bertambah. 

“Sekarang Rusia diberi sanksi dan diberlakukan per April. Sehingga nanti dampaknya akan ada di Mei dan Juni. Jadi, mungkin nanti di kuartal II-2022 kondisinya akan terlihat,” tandas Sri Mulyani. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli