KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indonesia akan menghadapi berbagai risiko dan tantangan berbeda, mulai dari lonjakan harga komoditas, inflasi global yang naik tinggi, hingga pelemahan ekonomi global. Meski begitu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia telah mampu melalui berbagai tantangan di tahun 2022 dengan sangat baik. Ini ditunjukkan dengan pemulihan ekonomi yang kuat, pandemi Covid-19 terkendali, dan kegiatan masyarakat yang sudah mulai pulih. Untuk itu, pencapaian ini akan menjadi bekal bagi Indonesia memasuki tahun 2023 dengan optimisme. "Tahun 2023, ditandai dengan situasi dimana perekonomian dunia trennya melemah. Ini karena berbagai faktor," ujar Sri Mulyani dalam keterangan resminya, Kamis (19/1).
Baca Juga: Agar Belanja Negara Tak Menumpuk di Akhir Kuartal, Ini Strategi Sri Mulyani Adapun faktor yang dimaksud adalah inflasi tinggi lantaran komoditas, kenaikan suku bunga, dan konsekuensinya kepada pelemahan ekonomi. Sri Mulyani menyampaikan terdapat empat hal yang akan menjadi fokus di tahun ini.
Pertama, inflasi. Menurut Sri Mulyani, inflasi harus dijinakkan lantaran dapat mempengaruhi banyak hal. Ini menjadi atensi Presiden Jokowi agar seluruh institusi pemerintah, tidak hanya Bank Indonesia, untuk bergerak bersama menjaga agar inflasi terkendali. Pasalnya, inflasi yang muncul tidak hanya berasal dari sisi permintaan yang berasal dari jumlah uang beredar. Namun juga sisi supply side, dari logistik, dan dari distribusi. "Saya berharap tentu Kementerian Keuangan dengan instrumen fiskalnya, kita punya anggaran ketahanan pangan. Disitu termasuk untuk pertanian. Kita punya dana transfer ke daerah. Pemerintah daerah, pusat semuanya bersama-sama mengatasi inflasi, terutama dari sisi supply side dan distribusi," ujar Sri Mulyani.
Kedua, berfokus menurunkan atau menghilangkan kemiskinan estrim. Sri Mulyani bilang, dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi seperti Indonesia biasanya dibarengi dengan inequality yang juga melebar. Untuk itu, pemerintah memberikan perhatian menggunakan fiskal tools APBN.
Ketiga, yakni permasalahan stunting. Anak-anak balita yang kurang gizi, nantinya akan menyebabkan pertumbuhan tidak maksimal. Angka stunting sudah turun dari 33% ke 24%, namun masih akan didorong untuk jauh berkurang. “Teman-teman Kementerian Keuangan harus berpikir bagaimana instrumen fiskal dan peranan kita untuk bisa mendorong agar stunting menurun. Bekerja sama dengan seluruh pihak, kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah karena keberadaan kita di seluruh Indonesia,” ungkap Menkeu.
Keempat, fokus terhadap investasi. Menkeu mengatakan, dengan tren perekonomian dunia yang melemah, maka iklim investasi harus dibangun yang berdampak pada biaya dan risiko investasi menjadi turun. Sehingga walaupun interest rate naik, investor tetap bisa confidence bahwa mereka akan mendapatkan keuntungan dari investasi. “Orang tidak akan berinvestasi. Kalau tidak ada investasi, tidak ada penciptaan kesempatan kerja. Kalau tidak ada penciptaan kesempatan kerja, masyarakat makin menurun kesejahteraannya. As simple as that. Jadi kita semuanya di Kementerian Keuangan dan bekerja sama dengan pemerintah daerah, kementerian, lembaga harus siap menggunakan instrumen kita untuk mendorong dan mengakselerasi investasi,” imbuh Sri Mulyani.
Baca Juga: Jadi Wanita Inspiratif, Sri Mulyani Masuk Daftar Forbes 50 Over 50 Asia 2023 Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat