Sri Mulyani sebut kinerja impor bulan Juli 2020 belum menunjukkan tren pemulihan



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja impor pada bulan Juli 2020 disokong oleh impor barang modal dan impor bahan baku ternyata belum menunjukkan pemulihan yang signifikan pada sektor tersebut.

“Impor bahan baku dan bahan penolong ini terutama sudah menunjukan recovery pada bulan Juni, tapi di bulan Juli ternyata kembali masuk zona kontraksi lagi,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa secara daring, Selasa (25/8).

Sri Mulyani menyebutkan, ada tiga indikator yang mendorong kinerja impor di bulan Juli 2020 yakni impor bahan baku dan bahan penolong yang masih mengalami tekanan -2,51% secara month to month (mom), kemudian impor barang konsumsi juga melemah -17,69% mom dan impor barang modal yang masih tumbuh positif 6,08%.

Baca Juga: Sri Mulyani siapkan strategi untuk dorong pertumbuhan konsumsi di kuartal III 2020

Pada indikator impor bahan baku dan bahan penolong juga menunjukkan pertumbuhan negatif 33,86% secara yoy. Hal ini disebabkan karena adanya penurunan impor barang komoditas pertanian seperti gula, gandum dan minyak nabati. Sehingga, impor bahan baku hanya mencapai US$ 7,22 miliar pada Juli 2020.

Selanjutnya, impor barang konsumsi baik secara mom dan year on year (yoy) menunjukan pertumbuhan yang negatif. Menkeu sebut, impor ini juga terkoreksi -27,67 secara yoy menjadi US$ 1,32 miliar di bulan Juli 2020. Hal ini disebabkan penurunan impor komoditas pangan seperti gula pasir, daging unggas, dan buah-buahan.

Sedangkan, impor barang modal masih mampu tumbuh positif meskipun secara tahunan masih tumbuh -33,42% yoy. Namun kinerja impor yang didorong barang modal ini meningkat mencapai US$ 1,87 miliar.

Baca Juga: Menkeu prediksi ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 0,2% di tahun ini

“Impor barang modal kita didorong oleh peningkatan impor kapal, peralatan komunikasi dan mesin,” ujar Menkeu.

Dengan demikian, Menkeu menyebutkan, pemulihan di sektor produksi juga masih belum menunjukan tren pemulihan yang stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli