Sri Mulyani: Utang naik di Maret karena front loading



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Keuangan (Kemkeu) mencatat, realisasi pembiayaan yang dilakukan hingga Maret 2018 mencapai Rp 149,79 triliun (45,96% dari target APBN 2018).

Rinciannya, pembiayaan melalui penerbitan surat berharga negara (SBN) neto sebesar Rp 143,81 triliun atau 34,69% dari target penerbitan di tahun 2018 dan pengadaan pinjaman neto sebesar Rp 4,41 triliun atau minus 28,79% dari target tahun 2018.

Adapun jumlah utang pemerintah hingga akhir Maret 2018 mencapai Rp 4.136,39 triliun atau berada pada rasio 29,78% terhadap PDB.


“Meningkatnya rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) dibandingkan dengan akhir Februari lalu lebih disebabkan oleh strategi front loading pembiayaan APBN,” kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Kemkeu, Jakarta, Senin (16/4).

Strategi front loading ini dilakukan untuk mengantisipasi dampak meningkatnya Fed Fund Rate serta ketidakpastian global secara keseluruhan, seperti isu perang dagang, ekskalasi geopolitik, dan lainnya.

Namun demikian, ia mengatakan bahwa setelah semester pertama ini, rasio utang akan menurun seiring dengan meningkatnya PDB. “Dengan makin membaiknya fundamental perekonomian dan peringkat kredit Indonesia maka pembiayaan utang biayanya semakin rendah,” ucapnya.

Ia  mengatakan keputusan lembaga pemeringkat utang, Moody’s untuk menaikkan sovereign credit rating (SCR) Indonesia dari Baa3/Outlook Positif menjadi Baa2/Outlook Stabil, yield utang Indonesia langsung mengalami penurunan.

“Waktu Moody’s 13 April lalu kami melihat untuk yield obligasi berdenominasi dollar AS-nya menurun 0,8 bps, untuk obligasi berdenominasi euro turun 2 bps, dan obligasi berdenominasi rupiah turun 5 bps. Ini immediately (langsung) kita alami,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto