Sri Mulyani yakin pertumbuhan ekonomi bisa membaik mulai kuartal kedua



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui perekonomian Indonesia akan mengalami tekanan berat sepanjang kuartal I-2020, terutama akibat sentimen negatif Covid-19 yang memukul ekonomi China. 

Pasalnya, sentimen tersebut mempengaruhi banyak sektor perekonomian mulai dari sektor pariwisata, manufaktur, komoditas, keuangan, hingga daya konsumsi masyarakat. 

Baca Juga: Pajak hotel dan restoran ditiadakan, Kemenkeu kucurkan hibah Rp 3,3 triliun ke daerah

“Sektor manufaktur misalnya, banyak pelaku industri yang sudah persiapkan stok bahan baku untuk sampai Maret karena mengantisipasi libur tahun baru China. Tapi mereka tidak perkirakan terjadi corona seperti ini yang berkepanjangan sehingga pasti perlu kita lihat pengaruhnya ke produksi sektor manufaktur nantinya,” tutur Sri Mulyani. 

Sentimen corona juga turut menekan harga komoditas. Di antaranya harga minyak mentah dan minyak sawit yang jatuh ke level sangat rendah. Begitu pun pada sektor keuangan, bursa saham mengalami penurunan tajam seperti Dow Jones (DJI) yang terkoreksi sekitar 6% hanya dalam dua hari, serta IHSG yang sejak awal tahun juga terkoreksi lebih dari 9%. 

“Ini menunjukkan adanya anxiety yang tinggi pada pelaku ekonomi,” sambung Sri Mulyani. 

Baca Juga: Kemenkes kerahkan 39 dokter spesialis saat observasi WNI di Pulau Sebaru

Pemerintah juga telah memperhitungkan, jika pertumbuhan ekonomi China turun sebesar 1%, maka dampaknya pertumbuhan ekonomi Indonesia pun akan turun pada kisaran 0,3% sampai 0,6%. Dengan baseline target pertumbuhan 5,3%, Sri Mulyani menyebut, maka ada potensi ekonomi Indonesia hanya bisa tumbuh 4,7%. 

Editor: Tendi Mahadi